Tes antigen merupakan tes imun yang berperan untuk mengetahui keberadaan antigen virus tertentu yang menunjukkan terdapatnya infeksi virus saat ini.
Rapid test antigen umumnya digunakan untuk mendiagnosis patogen pernapasan, semacam virus influenza dan respiratory syncytial virus( RSV).
Akan tetapi, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat( FDA) memberikan otorisasi pemakaian darurat( EUA) buat tes antigen sebagai tes untuk mengidentifikasi SARS- CoV- 2.
Tes antigen juga relatif murah serta bisa digunakan di tempat- tempat perawatan. Perlengkapan yang telah diotorisasi ini pula bisa memberikan hasil diagnosis dalam waktu dekat 15 menit.
Tetapi, rapid test antigen biasanya kurang akurat dibanding uji virus yang mengetahui asam nukleat dengan memakai polymerase chain reaction( PCR) ataupun disebut pula tes PCR.
Walaupun begitu, rapid test antigen ataupun disebut dengan swab antigen membantu menyaring orang- orang untuk mengidentifikasi mereka yang memerlukan tes yang lebih pasti.
Cara Kerja Rapid Test Antigen
Antigen merupakan molekul yang bisa menstimulasi respons imun. Molekul tersebut bisa berbentuk protein, polisakarida, lipid, ataupun asam nukleat.
Masing- masing antigen mempunyai fitur permukaan yang berbeda yang dikenali oleh sistem imunitas.
SARS- CoV- 2, virus yang menyebabkan COVID- 19, memiliki beberapa antigen yang diketahui, termasuk nukleokapsid fosfoprotein serta spike glikoprotein. Rapid test antigen bisa mengungkapkan apabila seorang saat ini lagi terinfeksi patogen semacam virus SARS- CoV- 2.
Berbeda dengan tes PCR yang mendeteksi keberadaan materi genetik, rapid test antigen mengetahui protein ataupun glikan, ialah seperti protein lonjakan yang ditemukan di permukaan SARS- CoV- 2.
Rapid test antigen bekerja sangat baik ketika orang tersebut dites pada tahap awal terserang peradangan SARS- CoV- 2, di mana beban virus biasanya paling tinggi.
Tes ini pula berguna untuk mendiagnosis orang- orang yang diketahui mempunyai risiko besar untuk terpapar virus corona.
Tidak hanya itu, rapid test antigen pula digunakan sebagai tes skrining di mana pengujian berulang dapat dengan kilat mengidentifikasi orang yang terinfeksi SARS- CoV- 2, sehingga aksi pencegahan penularan infeksi dapat segera dilakukan.
Tetapi, apabila hasilnya mengalami positif, dokter masih butuh melaksanakan tes PCR untuk menentukan diagnosis.