Padangsidimpuan-IMMawati bukanlah sebuah gelar yang sekedar didapatkan setelah selesainya pengkaderan Darul Arqam Dasar selama empat hari tiga malam, dengan rangkaian kegiatan yang telah disusun rapi oleh tim instruktur yang berkolaborasi dengan tim kepanitiaan.
Dengan rangkaian materi demi materi yang harus dilewati, jam tidur yang sangat minim, tugas yang relative menumpuk ditambah lagi hapalan yang dibebankan oleh instruktur pada peserta. Serta ibadah, makan dan kegiatan lainnya diberikan waktu yang sedikit untuk di kerjakan oleh peserta bak seperti latihan semi militer selama proses pengkaderan.
Memang benar bahwa setelah selesai pengkaderan selama empat hari tiga malam peserta perempuan berhak menyandang gelar IMMawati.
IMMawati merupakan sebutan bagi kader perempuan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang bertujuan untuk mengusahakan terbentuknya akademisi muslimah yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Pada awal berdirinya IMM, Immawati sudah mendapat tempat tersendiri dalam IMM yaitu sebagai departemen keputrian yang berorientasi pada pengembangan potensi skill immawati dan kajian kewanitaan islam.
Departemen keputrian tersebut diharapkan menjadi wadah bagi kader-kader putri ikatan agar mampu menjadi kader yang mampu berperan didalam masyarakat.Departemen keputrian kemudian berubah menjadi Bidang Immawati pada tahun 1966 di Jogjakarta, dalam mendinamisasikan kerja immawati maka dibentuk korps Immawati di Banjarmasin pada tahun 1967.
Korps IMMawati menjadi wadah berhimpunnya kader-kader IMMawati yang penuh dengan ide-ide baru berwawasan kedepan serta kreatif dan inovatif dalam menanggapi perubahan yang demikian pesat, diharapkan keberadaan Korps IMMawati dengan segala potensi yang dihimpunnya betul-betul terasa ,tidak dikalangan IMM tetapi mampu menjadi pelopor pembaharu ditangah-tengah masyarakat. IMMawati sebagai sebuah gerakan social keagamaan yang bernaung dibawah IMM merupakan wadah khusus bagi usaha IMM memeberdayakan fungsi dan peran-peran keummatan.
Berbicara bagaimana tentang eksistensi IMMawati itu taubahnya seperti pepatah yang menyatakan bahwa tonggak terpenting dari berdirinya suatu Negara adalah perempuan, baik benarnya suatu negera berasal dari perempuannya. Begitu pula IMMawati dalam sebuah organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah serta dalam hal bernegara. IMMawati yang dalam hal ini merupakan seorang perempuan yang pada hakikatnya memiliki jati diri sebagai identitas yang menjadi ciri khas sehingga membedakannya dengan perempuan lain yang ada diluar sana. IMMawati memiliki posisi yang sangat penting dalam membangun peradaban. Oleh karena itu giroh perjuangan harus tertanam dalam jiwa IMMawati untuk mencegah kemungkaran dan membangun peradaban. Keberadaan IMMawati memiliki posisi dan perang penting yakni, IMMawati sebagai kader pelanjut perjuangan aisyiyah, IMMawati sebagai gerakan social, dan IMMawati sebagai peneguh jati diri kader putri dalam rangka mendorong transformasi.
Dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah IMMawati tak sekedar symbol saja, tapi dia juga mampu memberikan gerakan perubahan. Dimana kemudian IMMawati mampu meneguhkan jati dirinya dengan memiliki pemikiran kritis, inovatif dan solutif dalam setiap permasalahan social yang terjadi dalam internal organisasi maupun eksternal organisasi. Ikatan Mahasiswa Muhammadiya juga menafikkan adanya hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan. Dalam artian perjuangan ikatan juga bergantung pada IMMawati seperti ungkapan yang sering di ganungkan bahwa wanita merupakan tiangnya Negara. Sehinnga kehadiran IMMawati dalam ikatan menjadi basis pergerakan bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Namun terkadang IMMawati sering lupa terkait peran serta eksistensinya sebagai tonggak dari organisasi dan sosok agen of change, namun demikian itu dari bidang IMMawati sendiri tidak ingin eksistensi daripada IMMawati itu redup dengan begitu saja maka untuk menyadarkan, membangunkan dan mengangkat kembali eksistensi dari IMMawati itu maka diadakanlah Diksuswati untuk lebih meneguhkan prinsip-prinsip dari IMMawati agar teguh dan menjadi garda terdepan dari organisai Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Dalam mempertahankan Eksistensi IMMawati maka perlu dilakukannya upaya pembinaan terhadap diri IMMawati, yakni:
• Pembinaan Ideologi yang meliputi : Aqidah, Ibadah, Akhlaq, dan muamalah yang memahami serta mengamalkan prinsip Islam sebagai dasar aktivitas sehari-hari.
• Pembinaan Intelektual, agar IMMawati mampu berfikirkritis, analitis, kreatif, dan inovatif.
• Pembinaan dan Penanaman jiwa kepemimpinan (leadership), untuk meningkatkan kemampuan memimpin organisasi serta menanamkan loyalitas yang tinggi pada ikatan dan persyerikatan.
• Pembinaan Keterampilan (skill), meliputi penggalian dan pengembangan potensi bakat dan minat yang dimiliki IMMawati.
Pembinaan ini sangat penting dilakukan karena IMMawati sebagai tonggak dari organiasai juga sekaligus sebagai ujung tombak peradaban dan yang terpenting dalam eksistensi itu adalah bukan hanya sekedar eksis dalam ruang lingkup ikatan mahasiswa muhammadiyah saja melainkan juga harus menyentuh ke ortom muhammahdiah lainnya.
Dengan cara aktif di masyarakat seperti IMMawati bisa mengambil peran sebagai guru ngaji di masjid-masjid milik Muhammadiyah atau membuka peluang belajar untuk anak-anak jalanan. Sebagai tambahan untuk mendorong IMMawati masuk ke ranah-ranah publik . Perlu adanya gerakan yang juga memikirkan kondisi anak-anak jalanan yang minim sentuhan pendidikan; atau anak-anak yang saat ini terjebak dengan situasi belajar daring. Dari situ IMMawati bisa terbiasa untuk membangun peradaban melalui gerakan mendidik generasi bangsa. Terlebih bahwa perempuan itu akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak.
Sembari melakukan gerakan-gerakan dalam meningkatkan eksistensi IMMawati dimasyarakat terkhusus di masjid-mesjid muhammadiyah. Sangat penting juga IMMawati itu harus tanggap terhadap isu-isu tentang perempuan terutama masalah perempuan sebagai korban kekerasan seksual merupakan hal yang biasa namun sangat enting untuk menjadi perhatian bersama, diskriminasi gender dan berbagai isu fisik lainnya. Kasus kekerasan terus bertambah mulai kekerasan secara langsung maupun melalui media sosial. Dalam ini tentu IMMawati tidak boleh diam, tidak boleh bungkam melainkan ia harus menjadi lokomotif perubahan, sebagai pelopor dan penggerak dalam untuk usaha ikatan dalam penegak keadilan bagi perempuan. Karena jika bukan kita perempuan atau IMMawati yang membela hak kita maka siapa lagi yang akan memberikan sumbangsih besar untuk kita.
Hal itu tidak hanya menjaga eksistensi IMM terkhusus IMMawati di mata masyarakat, namun gerakan kecil tersebut bisa melatih jiwa IMMawati dan mampu mematangkan corak serta identitas kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yaitu sebagai kader yang religius, intelektual, dan humanis. Corak tersebut harusnya mampu dicerminkan oleh kader IMM sebagai seorang kader yang memiliki keshalehan sosial. Yang mana identitas tersebut sudah ditanamkan sejak awal mengikuti pengkaderan Darul Arqam Dasar.
Sebagai penutup ada hal yang perlu dipahami oleh seorang IMMawati, bahwa berIMM bukanlah sekedar berorganisasi, akan tetapi setiap pribadi dalam kehidupannya harus berdakwah dan itu bisa dilakukan dengan benar jika ada jamaah, dan IMM sebagai salah satu organisasi keislaman merupakan jamaah yang memiliki orientasi dakwah.
Sehingga komitmen yang kuat mutlak dimiliki untuk tetap eksisnya sebuah jamaah. Memang harus diakui bahwa untuk melakukan suatu perubahan tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun jika ada upaya kearah sana maka perubahan itu tak akan mungkin pernah terwujud, hal yang paling sederhana adalah mulailah dari sekarang, awalilah dengan hal-hal yang kecil dan mulailah dari diri sendiri. Ingat, barang siapa yang berniat menolong agama Allah maka Allah pasti akan menolongnya dan jangan pernah melakukan sesuatu tanpa pernah tahu apa sesungguhnya tujuan yang akan dicapai, termasuk saat memilih menjadi seorang IMMawati, pelabuhan akhirnya adalah menggapai ridho Ilahi.