Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

Warta

Kapolda Sumut didesak Hentikan Tambang di DAS Batang Natal

badge-check


					Sungai Batang Natal, Sumatera Utara Perbesar

Sungai Batang Natal, Sumatera Utara

Nasib tragis Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Natal yang hancur, Kabupaten Mandailing Natal, ternyata belum cukup parah untuk dapat mengetuk moralitas kebertanggung jawaban para pihak terkait, terutama Gubernur dan Penegak Hukum di Sumatera Utara.

Mengapa tidak, setiap hari hanya jadi tontonan gratis betapa para penambang liar dengan puluhan alat berat beroperasi di kawasan itu dengan terbuka, terang-terangan seperti tanpa ada rasa bersalah dan rasa takut kepada hukum serta ancaman peradaban pantai barat.

Walaupun jauh sebelum ini, Gubernur Sumatera Utara Edi Rahmayadi telah mengeluarkan pernyataan akan menutup tambang illegal, tapi hingga saat ini masih setingkat pernyataan saja.

Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Utara, mendesak Kapolda Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak segera turun dan menutup tambang liar di DAS Batang Natal.

“Kita berharap keseriusan Kapolda agar berani menutup tambang liar sebagai bukti penegakan hukum di Sumatera Utara,” jelas Muharram, Sekretaris PKC PMII Sumut, Senin (30/8/2021) sore

Protes lain datang dari Hamdan Bisri (25) putra pantai barat, kecamatan Natal, Hamdan Bisri mendesak Pemkab Mandailing Natal dan Gubernur Sumatera Utara tidak tutup mata dengan persoalan tersebut.

“Yang menambang di DAS tersebut bukanlah masyarakat kecil, masyarakat tidak mampu disana hanya pekerja upahan bagi para pemodal, dan kami dihilir sungai Batang Natal sebagai korban,” beber Hamdan

Jika pembiaran ini terus berlanjut, sambung Hamdan, maka yang akan musnah bukan hanya sungai sebagai aktifitas keseharian warga, tapi bisa mengancam hancurnya peradaban di Pantai Barat.

“Sungai tidak bisa dimanfaatkan untuk aktifitas warga karna keruh, nelayan dimuara sungai terancam mata pencaharian, dan bukan tidak mungkin menciptakan konflik horizontal antar warga dihulu dan hilir,” tandas Hamdan

Baca Lainnya

Wisuda Ke-63 UM Tapsel: Para Sarjana Didorong Terus Berkembang di Era Merdela Belajar

5 November 2024 - 13:35 WIB

Masyarakat Adat Tabagsel Siap Perjuangkan Bobby-Surya di Pilgub Sumut 2024

18 Oktober 2024 - 12:04 WIB

Mewujudkan Visi Desa, Tim PKM Politeknik Negeri Medan Ciptakan Peta Citra Sei Sijenggi

17 Oktober 2024 - 00:47 WIB

Pengabdian kepada Masyarakat, Polmed Kembangkan Infrastruktur Pertanian di Sei Buluh

17 Oktober 2024 - 00:36 WIB

Rayakan HUT ke-79 Kesad, TNI-AD Serahkan Sumur Bor ke Yayasan Muslimah Peduli Alam

11 Oktober 2024 - 22:37 WIB

Trending di Daerah