Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

News

Karakter Menjadi Puncak Akhir Pendidikan

badge-check


					Karakter Menjadi Puncak Akhir Pendidikan Perbesar

Zonaintelektual.com-Pendidikan dalam bahasa Yunani adalah paidagogia, kata paidagogia jika di uraikan menjadi dua suku kata yaitu “paedos” dan “agogos”. Paedos dapat di artikan sebagai anak dan agogos diartikan sebagai memimpin atau membimbing ilmu untuk menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun atau tindakan merealisasikan pada potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni: membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan pada potensi anak.

Jika kita lompat dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawantah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, serta mengubah kepribadian sang anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan sendiri mempunyai pengertian tersendiri yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan cara mendidik.

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak, agar Pendidikan pula dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan membawa perubahan yang lebih baik dilingkungan dan masyarakatnya, karena itu lingkungan dan Masyarakat di sekitar anak sangat berpengaruh dalam Pendidikan.

Pendidikan pula memiliki tiga aspek penting yaitu aspek kognitif (berpikir), aspek afektif (merasa) dan psikomotorik (bergerak). Sebagai contohnya adalah ketika kita sedang mengamati suatu roda sepeda yang sedang berputar, maka kita tidak hanya merasakan proses berpikir saja untuk cara membuat roda sepeda itu berputar, tapi juga butuh ilmu atau naluri agar kita tidak celaka dan tidak mudah rusak atau hancur ketika kita menggunakannya, dan juga butuh praktik mencoba agar kita bisa menggunakannya dengan benar.

Jadi tiga aspek ini penting sekali untuk dilakukan dalam Pendidikan secara selaras dan bertahap sehingga ketika setelah anak melewat dua aspek kognitif dan afektif pada tahap terakhir dapat mengaplikasikan nya di aspek psikomotorik dengan baik atau pada aspek ini lebih merujuk kepada membentuk karakter si anak.

Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Driyakara adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tetapi memiliki cakupan yang harus lebih luas dari pada itu. Sebelum lebih jauh berbicara tentang Pendidikan, kita harus memahami manusia itu sendiri karena individual manusia mempunyai karakter yang beragam, karakter ini harus ada dan sejalan dengan tujuan pendidikan agar karakter tersebut bisa terbentuk dengan yang diharapkan.

Maka dari itu pendidikan karakter sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan dilingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa atau lansia, karena karakter pula menjadi kunci keberhasilan individu dalam kehidupan.

Kemudian sebuah penelitian di Amerika menyampaikan 90% kasus pemecatan yang terjadi terhadap pekerja disebabkan oleh perilaku yang buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia dan apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, lalu benar atau salah.

Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk seseorang pada berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana keduanya (baik dan buruk) itu ada.

Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun tujuan Pendidikan Karakter diantaranya adalah: 1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa 2. Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa 4. Mengembangkan kemampuan pesrta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Pada masa saat ini orang tua di jadikan sebagai pilar untuk bisa menerapkan pendidikan di rumah. Orang tua menjadi sosok sentral paling berpengaruh, di mana orang tua harus aktif dalam mengajarkan anak. Kemudian orang tua pun harus selalu melibatkan anaknya untuk ikut melakukan persembahyangan, sebagai upaya selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar di beri tuntunan, kesehatan dan terhindar dari marabahaya.

Selain itu, membiaskan dan memberikan teladan kepada anak tentang nilai-nilai relegius dalam kehidupan sehari-hari, seperti: bersembahyang, jujur, bersyukur, dan toleransi. Pengimplemntasian nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten dan berkelanjutan akan membentuk sebuah kebiasaan atau karakter pada anak, pembiasaan ini adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak agar berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama.

Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Pembiasaan mendorong dan memberikan ruang kepada anak pada teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung, sehingga teori yang pada mulanya berat menjadi lebih ringan bagi anak bila seringkali dilaksanakan. Lalu kemudian selain menanamkan sikap religius, sebagai seorang berpendidikan pun sikap disiplin adalah hal yang tidak bisa di tinggalkan dan harus di terapkan menjadi karakter yang mutlak di lakukan.

Dalam pembentukan karakter disiplin pada anak terdapat tiga prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) kesadaran diri sendiri dari anak tentang pentingnya sebuah kedisiplinan, (2) Keteladanan dari orang tua, guru dan masyarakat, (3) penegakan peraturan yang telah di buat. Keteladanan dan penegakan peraturan merupakan faktor dari luar yang tidak akan bertahan lama bila tidak diikuti dengan komitmen dari kesadaran diri sendiri dalam penegakan kedisiplinan.

Keteladanan merupakan aspek penting dalam mewujudkan pendidikan karakter pada masa saat ini mengingat pendidikan karakter sebagai wujud kepribadian yang harus dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya berbicara tetapi harus dibuktikan dalam bentuk keteladanan yang dilakukan oleh semua pihak dan semua komponen Pendidik yang ada disekolah maupun pemerintah dan orang tua juga harus tetap bekerjasama dan beriringan mewujudkan pola perilaku yang berkarakter baik.

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter pada saat ini harus menggunakan strategi yang lebih inovatif dan efektik supaya peserta didik tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan pada masa saat ini. Dalam hal ini karakter menjadi puncak akhir pada Pendidikan, sebagai tolok ukur satu akhir penilaian pada keberhasilan Pendidikan.

Baca Lainnya

Bantuan Logistik Untuk Korban Banjir Bandang Di Narathiwat, Thailand

2 Desember 2024 - 23:04 WIB

PD Pemuda Muhammadiyah Tapsel Apresiasi Kinerja Polri dalam Menjaga Keamanan Pesta Demokrasi 2024

30 November 2024 - 17:11 WIB

Sidang Ditunda, Penasehat Hukum Minta Eddi Sullam Siregar Dihadirkan

28 November 2024 - 20:31 WIB

Ketua DPD Golkar Paluta, Andar Amin Harahap: Kemenangan Horas Adalah Kemenangan Rakyat Paluta

27 November 2024 - 23:41 WIB

HMI Cabang Padangsidimpuan-Tapanuli Selatan Ajak Masyarakat Sukseskan Pilkada Serentak 2024 Dengan Damai

26 November 2024 - 16:21 WIB

Trending di Mahasiswa