Dewasa ini banyak kita menemukan keadaan di mana perempuan didiskriminasi terkadang mereka menjadi korban tetap saja disalahkan,
lowongan pekerjaan dibatasi untuk perempuan, bahkan gajinya dibedakan, tidak sedikit kekerasan dalam berumah tangga yang perempuan jadi korban. Seringkali laki-laki merasa lebih kuat daripada kaum perempuan.
Bagaimana islam memandang gender?
Islam adalah agama yang membela dan memperjuangkan perempuan, Jauh sebelum kaum imperalis barat mengkajinya.
Nabi-nabi yang Allah utus di muka bumi ini bertujuan untuk menghentikan penyembahan kepada selain-Nya dan mengesakan Allah SWT.
Tauhid berarti melepaskan kita dari ketundukan mutlak selain kepada Allah SWT.
Bagaimanapun sepanjang sejarah dunia, penindasan, ketidakadilan, dan kedzoliman terjadi dikarenakan ketundukan kepada selain Allah SWT,
termasuk penguasaan perempuan di bawah kekuasaan laki – laki. Hal ini diperjelas melalui kegelisahan Asma binti Ja’far yang merasa merugi menjadi perempuan,
setelah mengetauhi tidak ada ayat Al-Qur’an yang mengapresiasi kinerja perempuan.
Lalu Al-Qur’an menjawab kegelisahan Asma’ melalui turunnya ayat QS.Ali Imron 195.
. فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ ۖ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (QS. Ali-Imron 195)
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah tidak menilai hamba-Nya dengan kriteria apapun,
entah itu jenis kelamin, kekayaan, kepandaian, ketampanan, ataupun keturunan. Allah SWT menilai hambanya dari ketaqwaan terhadap-Nya melalui pengamalan kita semasa di dunia dalam menebar manfaat untuk sekitar.
Ketidak adilan gender merupakan salah satu faktor terjadinya paradigma masyarakat tentang jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yang dibuat oleh masyarakat,
mereka menganggap laki-laki dan perempuan itu bertentangan, dari pandangan masyarakat ini lah sistem patriaki tumbuh subur.
Sangat disayangkan pendikotomian jenis kelamin ini tanpa kita sadari sudah ditanamkan bibitnya sejak kita kecil,
misal ada anak laki-laki jatuh dan menangis lalu orang tua pada umumnya mengatakan ”Jangan nangis, memalukan seperti anak perempuan saja”.
Secara otomatis tertanam dalam diri anak bahwa perempuan itu lemah, memalukan dan biang masalah.
Padahal tidak sepenuhnya dikotomi perbedaan merujuk pada konfilk, perbedaan dapat dipandang secara sinergis. Jika kita bisa melihat perbedaan menjadi sinergi memajukan bangsa karena bahwasanya kekayaan, kecerdasan, kekuatan itu bersifat dinamis dan dapat berubah. Jangan sampai melihat jenis kelamin tertentu lebih unggul.
Qiraah Mubadalah menyimpulkan dalam kesetaraan gender kita harus memperhatikan tiga point penting, yaitu:
pertema manusia baik laki-laki maupun perempuan ditugaskan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, tugas khalifah yaitu mewujudkan dan memelihara kebaikan apapun yang ada di dunia ini, yang
kedua, pihak manapun yang lebih tinggi karena mempunyai suatu kelebihan daripada pihak lain ia tidak berhak menindas dan mereka yang lebih rendah dan mempunyai kekurangan jangan mau dijadikan alasan untuk ditindas.
ketiga, siapapun yang kuat harus memastikan yang lemah sudah diperlakukan secara manusiawi.
Manusia baik laki-laki maupun perempuan tidak ada yang menjadi primer atau sekunder karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT sebagai khalifahfil ardh .
Yang mana mereka menjadi pemain primer lalu di mata Allah SWT mereka termasuk sekunder.
Mereka ada bukan saling melayani secara mutlak kepada makhluk, tetapi mereka berduan mengabdikan diri hanya kepada Allah SWT demi kemaslahatan umat di muka bumi ini.
Ditulis oleh Rizki Feby Wulandari Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat FAI UMY