Oleh: IMMawan Rahmadi Gajah
PADANG SIDEMPUAN-Kurang satu tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) akan memasuki usia enam dekade, Artinya tepat pada tanggal 14 maret 2023 IMM sudah berusia 59 tahun. Tentu kelahiran IMM tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak rintangan yang dilalui oleh sang pelopor (Dzasman Alkindi Dkk) agar Muhammadiyah bisa melahirkan organisasi otonom baru yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Berbagai hambatan datang, namun yang paling sulit menurut penulis adalah ketika muncul Istilah (Himpunan Mahasiswa Islam) HMI sebagai keponakannya Muhammadiyah dan IMM sebagai anak kandung. Di dalam buku kelahiran yang dipersoalkan yang ditulis oleh Farid Fathoni AF disebutkan bahwa beberapa tokoh pendiri HMI yang berasal dari Muhammadiyah mereka berasumsi bahwa Muhammadiyah pada waktu itu tidak perlu menghimpun atau membina langsung “mahasiswa” sebab sudah ada HMI, artinya perkaderan itu bisa dititipkan pada HMI.
Jalan pikiran seperti ini menjadikan kesalahan perkaderan Muhammadiyah. Karena muncul titik balik, bahwa HMI lah yang telah melahirkan tokoh tokoh di lingkungan Muhammadiyah. Dengan asumsi diatas, maka alur yang benar adalah dengan dekatnya hubungan HMI-Muhammadiyah yang tidak kentara (tidak terbuka) tersebut telah menjadikan kader kader awal/pendiri yang ada dalam wadah HMI kemudian terbina didalam wadah Muhammadiyah, dan pada kurun waktu menjadi besarlah dia di Muhammadiyah.
Sebelum lahirnya IMM, HMI dan Muhammadiyah sengat dekat, namun tidak kentara antara keduanya. Sehingga aktivis yang tidak aktif di HMI menginginkan supaya dibentuk organisasi kemahasiswaan didalam Muhammadiyah.
Itulah tapak tilas singkat kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) agar pembaca mengetahui bagaimana sejarah berdirinya IMM.
BERGERAK BERSAMA MEMBANGUN PERADABAN.
Tema yang diusung dalam Milad IMM yang ke59 tahun adalah “Bergerak Bersama Membangun Peradaban”. Tema ini muncul karena Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM melihat bahwasanya kader IMM dari Sabang sampai Merauke harus bekerjasama untuk bisa membangun peradaban baru. Artinya DPP IMM menitipkan sebuah pesan kepada seluruh kader IMM harus bisa menciptakan peradaban baru.
Menurut Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Antropologi kata peradaban memiliki makna yang sama dengan kebudayaan, namun istilah peradaban sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.
IMM saat ini berada dalam era teknologi yang laju perkembangannya sangat cepat. Seharusnya pergerakan IMM baik dari bidang religiusitas, Intelektualitas, dan humanitas mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Hal inilah yang membuat tanggungjawab baru kepada kader IMM diseluruh Indonesia untuk bisa melaksanakan kegiatan berbasis teknologi, berdakwah dengan memanfaatkan seni rupa, bahkan mampu bekerjasama dengan pemerintah untuk melanjutkan dakwah Amar Ma’ruf nahi mungkar demi terwujudnya tujuan IMM dan Muhammadiyah. Tentu DPP IMM mempercayakan ini kepada seluruh kader IMM di Indonesia untuk bisa melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan dari tema milad IMM yang ke 59 Tahun.
Istilah peradaban ada hubungannya dengan kebudayaan. Ada beberapa budaya kader IMM yang perlu untuk direvitalisasi kembali seperti ketika sudah selesai ber IMM apakah kadernya sudah memiliki Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah (KTAM) atau hilang begitu saja, atau ketika menjadi seorang Pimpinan sudah berapa kali mengikuti pengajian Muhammadiyah. Nah, hal demikian lah yang perlu ditanamkan kepada kader IMM terutama berdakwah dengan Muhamamdiyah. Ketika dia memasuki rumah “IMM” maka dia juga harus masuk kedalam kamar “Muhammadiyah” kemudian dirumah tersebut diperkenalkan kepada kader yang baru apa itu Muhammadiyah karena tidak semua kader IMM berasar dari keluarga Muhammadiyah.
Selamat Milad Ikatanku. IMM JAYA, IMM JAYA, IMM JAYA JAYA JAYA!!!!!!