Sudah 1 abad lebih Muhammadiyah berdiri tegak, tepatnya 108 tahun.
Pada usia yang ke-108 tahun Muhammadiyah masih konsisten dalam membantu dan mengawal segala persoalan bangsa dan negara, dari tatanan grassroots dan elitis.
Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 November 1912 atau 8 Dzulhijah 1330 H. Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi terbesar yang ada di Indonesia.
K.H Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah, beliau rela berkorban lebih melewati segala rintangan yang dihadapi sehingga beliau berhasil mendirikan Muhammadiyah untuk memberantas Tahayul, Bid’ah, Churafat (TBC) yang begitu sinkretis di daerah Kauman, Yogyakarta.
Dalam pembentukannya Muhammadiyah banyak mereflesikan perintah-perintah al-qur’an antaranya surat Ali-Imran : 104 yang menjadi landasan berdirinya Muhammadiyah.
“Dan hendaklah ada diantara kamu golongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Teologi Al-ma’un dan Implementasinya
Tujuan Muhammadiyah pun sangat sederhana dengan mengimplementasikan teologi surat al-maun, maka dari itu Muhammadiyah bergerak pada beberapa sektor keagamaan, pendidikan, kesehatan dan sosial.
Pada sektor pendidikan misalnya, terwujudnya pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan guna meneruskan dari langgar yang pernah berdiri pada masa K.H Ahmad Dahlan sebelumnya.
Dalam tempo yang relative singkat, arus gelombang Muhammadiyah menyebar kebeberapa daerah dan sampai saat ini.
Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia, dengan jenis kelembagaan dari pimpinan pusat, wilayah, daerah, cabang, dan ranting.
Untuk melanggengkan tujuannya, maka Muhammadiyah membentuk amal usaha.
AUM ini adalah manifestasi Muhammadiyah yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial.
Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah serius membantu negara untuk mencerdaskan anak bangsa, tercatat ada 10.381 AUM pendidikan yang terdiri dari TK(4.623), MI/SD(2.604), SMP/MTS(1.722) SMA/SMK (1.143) PONPES(67) dan Perguruan Tinggi(172).
Keseluruhan AUM dalam bidang pendidikan ini tersebar keseluruh Indonesia dari sabang sampai merauke.
Maka dari itu Muhammadiyah merupakan salah satu founding father pendidikan yang mempunyai pengaruh besar pada dunia pendidikan Indonesia sampai saat ini.
Sistem Pendidikan yang diterapkan oleh Muhammadiyah adalah pendidikan dengan gaya yang modern.
Pengintegrasian pendidikan agama dengan pengetahuan umum yang kita kenal sebagai gerakan tajdid untuk menyeimbangkan pengetahuan agama dengan pengetahuan umum tanpa ada yang tertinggal salah satunya.
Baca juga: Perempuan bergerak dalam Memajukan Peradaban Bangsa
Pada bidang kesehatan, pikiran-pikiran inklusif yang berbasis pada kemaslahatan umat menjadi dasar berdirinya Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang bekerja sama dengan dokter-dokter kebangsaan Belanda pada kala itu.
Abdul Munir Mulkhan dalam tulisannya menyebutkan “Ternyata dokter-dokter dari Belanda bersedia bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah tanpa dibayar”.
Hal ini merupakan titik temu kesadaran kemanusiaan yang dibangun oleh K.H Ahmad Dahlan, yang diperuntukkan khusunya untuk kaum dhuafa, fakir miskin, kaum proletar secara cuma-cuma.
Demikian, dalam historis tersebut merupakan pengimplementasian dari satu banyaknya tindakan pengamalan teologi Al-maun sampai saat ini.
Melihat kondisi negara saat ini, beberapa tahun belakangan banyak sekali kegaduhan yang terjadi.
Pascapilpres 2019, pengesahan Undang-undang Omnibus Law menjadi polemik dari berbagai kalangan.
Muhammadiyah tak tinggal diam, tetapi memilih langkah akademis untuk melakukan Judicial Review terhadap Undang-undang Omnibus Law.
Pada saat bersamaan hadirlah Pandemi covid-19 yang menghantam beberapa aspek kenegaraan membuat kondisi Indonesia saat ini makin carut-marut.
Peran Muhammadiyah saat Pandemi
Ekonomi yang mengalami resesi, pendidikan yang tak stabil, kesehatan yang menurun, serta kondisi sosial yang sangat amat mengalami kesenjangan.
Untuk menangani kasus Covid-19 Muhammadiyah mengambil peran yang subtantif dengan mendirikan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).
Muhammadiyah Covid-19 Command Center bekerja sama dengan satgas covid-19 untuk penanggulangan dan pencegahan Covid-19.
Muhammadiyah mempunyai sikap dan perspektif yang bijaksana dalam melihat situasi kondisi negara. Hal yang menjadi dasar pengambilan sikap dan perspektif itu adalah Al-quran dan As-sunnah.
Kontribusi Muhammadiyah Membangun Bangsa
Kontribusi Muhammadiyah dalam membangun bangsa sangat jelas terlihat dengan ketulusan dan keikhlasan dalam membantu tanpa ada kepentingan tertentu melainkan hanya beribadah dan memajukan bangsa.
Namun, pemerintah tak jarang tidak mendengar masukan serta saran-saran dari Muhammadiyah.
Prof. Dr. K.H Haedar Nashir, M.si (Ketua Umum PP Muhammdiyah) mengatakan bahwa “Muhammadiyah hadir dengan energi positif. Berkontribusi yang konstruktif bagi kemajuan umat manusisa.
Muhammadiyah terus bekerja nyata tanpa gegap gempita. Memecahkan masalah, tidak mengirim masalah. Memberi maslahat bagi kehidupan manusia.”
Dalam memecahkan permasalahan serta kegaduhan yang kian lama kian membesar ditinjau dari dinamika politik nasional, maka dari itu negara harus turun tangan untuk menyelesaikannya.
Negara juga dapat berkolaborasi dengan Muhammadiyah atau ormas lain yang mengutamakan kemaslahatan umat guna meciptakan keharmonisan, kedamaian serta kesejahteraan dalam keberagaman umat sehingga tidak terjadi konflik horizontal antar umat.
Oleh: Muhammad Fathur Fachruzi (Gubernur bem fip umj periode 19-20)