PADANGSIDIMPUAN – Di tengah gempuran konten digital yang tak terbendung, bahaya narkoba tak lagi hanya berwujud transaksi gelap di gang sempit. Peredaran zat terlarang kini menjelma lebih halus menyusup lewat layar, notifikasi, dan algoritma media sosial.
Fakta inilah yang menjadi dasar kolaborasi antara Badan Narkotika Nasional Kabupaten Tapanuli Selatan (BNNK Tapsel) dengan kalangan akademisi, salah satunya Dr. Juni Wati Sri Rizki, S.Sos., M.A., dosen Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan.
Dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Penggiat P4GN yang digelar Senin (23/6/2025) di Aula Masjid Agung Al-Abror, Padangsidimpuan, Dr. Rizki membawakan materi bertajuk “Literasi Digital dalam P4GN”.
“Kita tak bisa lagi hanya andalkan razia atau penyuluhan formal. Perang ini sudah berpindah ke ruang digital. Dan jika kita tidak melek digital, kita akan kalah sebelum bertarung,” tegas Dr. Rizki di hadapan peserta yang terdiri dari berbagai ormas.
Dalam paparannya, Dr. Rizki menekankan bahwa era digital telah membuka celah baru bagi jaringan narkoba.
Modus operandi mereka kini lebih canggih menggunakan media sosial untuk menjaring calon pengguna muda, aplikasi chatting untuk transaksi tersembunyi, hingga konten glamor yang menormalisasi penyalahgunaan zat adiktif.
“Faktanya, 3,3 juta penduduk Indonesia terlibat dalam transaksi narkoba. Ini bukan angka kecil. Ini adalah sinyal bahaya yang nyata,” ungkapnya.
Menghadapi kenyataan ini, Dr. Rizki mengajak ormas untuk tidak hanya menjadi penyampai dakwah atau nilai keagamaan secara tradisional, melainkan juga aktif di ruang digital sebagai penyaring informasi dan penangkal propaganda destruktif.
“Literasi digital bukan hanya milik anak muda. Generasi pra-milenial juga harus dibekali kemampuan memilah informasi, mengidentifikasi konten berbahaya, dan menyampaikan kebenaran dengan cara yang tepat,” jelasnya.
Para peserta juga diajak untuk menyusun rencana aksi dan membangun gerakan digital antinarkoba.
“Ini bukan sekadar soal teknologi, tapi soal kesadaran dan keberanian. Kita semua punya tanggung jawab menjaga generasi dari perang senyap ini,” pungkasnya.
Di tengah darurat narkoba dan maraknya peredaran digital, sinergi ini menjadi harapan bahwa literasi bukan sekadar alat edukasi, tapi juga senjata sosial.












