Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ- 182 rute Jakarta- Pontianak mengingatkan tentang temuan seseorang engineer penerbangan asal Ukraina bernama Vladimir Tatarenko.
Dia memiliki ide merancang parasut pesawat. Ia mengklaim parasut pesawat terbuat untuk menghindari ataupun paling tidak meminimalkan dampak kecelakaan.
Dilansir detikcom dari Kyiv Post, Tatarenko berkata penemuannya bisa melakukan tentang itu. Sistem tersebut menjamin pendaratan yang nyaman untuk segala kompartemen penumpang serta menyelamatkan nyawa seluruh orang.
Pesawat yang dirancangnya mempunyai kapsul yang ada di dalam tubuh pesawat. Kapsul ini bisa dikeluarkan dalam hitungan detik serta mengevakuasi penumpang.
Bila terdapat indikasi kecelakaan udara, buntut pesawat bakal terbuka. Setelah itu, muncul suatu pelontar yang menembakkan parasut keluar dari pesawat dan menarik segala kompartemen penumpang sehingga terlepas dari tubuh pesawat.
Dengan demikian, penumpang berada di dalam kapsul tersebut serta melayang memakai parasut.
Pada 2013, Tatarenko membuat visualisasi video tentang metode kerja penemuannya serta diposting di YouTube.
Video tersebut tidak menarik atensi banyak orang, sampai pada 31 Oktober 2015, dikala terjadi tragedi pesawat Rusia jatuh di Mesir.
Video Tatarenko yang diposting ulang di Facebook ditonton lebih dari 18 juta orang dan dibagikan lebih dari 283 ribu kali.
“Bagaimana pilot serta co- pilot dapat selamat ? ” tanya salah satu netizen yang mengomentari video tersebut.
Tatarenko setelah itu menarangkan kalau mereka pindah dari kokpit ke kompartemen penumpang saat sebelum kapsul dikeluarkan, bersama dengan kru yang lain.
Kelemahan utama dari temuan ini ialah, rancangan tersebut cuma bisa digunakan dengan pesawat yang mempunyai pintu belakang, kayak beberapa pesawat Antonov Ukraina.
Sebaliknya pesawat lain hendak memerlukan renovasi besar- besaran pada bagian ekornya buat membenamkan sistem parasut pesawat.
Tidak hanya itu, dikatakan Tatarenko, pesawat pula wajib kurangi kapasitas kursi yang dapat menimbulkan kenaikan harga tiket pesawat komersil sebesar 15%. Tetapi baginya, peningkatan harga tiket tidaklah masalah.
“Orang bakal bersedia membeli tiket untuk penerbangan yang nyaman, walaupun biayanya 15% lebih maha” yakinnya.
Telah Lama Memiliki Ide
Tatarenko sebenarnya telah lama mempunyai ide ini. Tetapi ia menunggu hingga idenya dapat menjadi lebih praktis lewat temuan bahan komposit karbon ringan yang tidak akan terlalu meningkatkan bobot pesawat.
Demi mereduksi beban pesawat dengan kabin parasut, Tatarenko menghadirkan bahan kevlar dan komposit karbon sebagai bahan baku sebagian besar badan pesawat rancangannya.
Tatarenko setelah itu mendekati rekan- rekannya di perusahaan pesawat Antonov, tempat ia bekerja sampai Uni Soviet runtuh.
Sebagai bagian dari tim yang turut mengembangkan pesawat kargo terbesar di dunia Antonov An- 225 Mriya pada 1988, Tatarenko tahu jika Ukraina mempunyai seluruh sarana serta staf profesional yang diperlukan untuk mewujudkan idenya.
Sayangnya, dikala didekati Tatarenko, Antonov rupanya tidak memiliki cukup duit untuk merealisasikan proyek ambisius tersebut. Menurut hitung- hitungan Tatarenko, diperlukan USD 1 juta untuk memproduksi satu kapsul.
Anggaran sebesar USD 40- 60 juta pula mesti disiapkan untuk uji coba pemasangan kapsul di 3 pesawat jet Ukraina AN- 148 keluaran Antonov.
Tidak hanya mendekati Antonov, Tatarenko pula berupaya mengirimkan proposal ide parasut pesawat itu ke Kementerian Transportasi Ukraina. Tetapi lagi- lagi, idenya harus ditolak dengan alibi keuangan.
Tatarenko berkata para investor dari Kanada, Brasil, AS, serta Rusia sempat menghubunginya dan menawarkan untuk membeli hak paten sistem tersebut.
Tatarenko menolak penawaran tersebut sebab ingin perusahaan pesawat Ukraina yang mengaplikasikan temuannya.
Serta sampai saat ini, belum terdapat investor Ukraina yang tertarik mendanai idenya tersebut.