Medan-Keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan yang terdiri dari tiga kata dan terhimpun dalam Trilogi IMM harus mampu merumuskan turunan dari ketiga kata tersebut ke dalam skala yang lebih besar. Sehingga, segala kebijakan yang dibuat di dalam ikatan harus memiliki ketiga aspek tersebut agar tersusun dan terukur dengan jelas.
1. Keagamaan
Dalam ruang lingkup keagamaan, IMM harus mampu merumuskan kebijakan baru yang mencerahkan. Kader ikatan harus menyusun agenda dan program strategis untuk mendakwahkan agama Islam secara kontekstual, mampu menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Islam harus mampu menjadi source of sollution atau sebagai subjek dalam menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan yang marak terjadi, seperti kasus intoleransi, diskriminasi terhadap kaum minoritas.
Kader IMM tidak boleh terjebak ke dalam fanatisme buta, mereka harus mampu mengembalikan segala urusan kepada Alquran dan As-Sunnah, mempertegas dengan jelas mana perkara yang benar-benar agama dan mana yang merupakan aspek kultural agama, mempertegas inti agama Islan yakni Tauhid, dan membubuhkan kesadaran bahwa Allah adalah maha mutlak, menyadarkan masyarakat bahwa kemajemukan adalah rahmat yang harus dijaga sebaik-baiknya.
2. Kemahasiswaan
Ikatan sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang kemahasiswaan harus mampu juga menjadi sumber solusi di kalangan mahasiswa. Program-program ikatan harus berorientasi kepada kepentingan mahasiswa. Lebih daripada itu, tradisi intelektual yang dilakukan seperti membaca, menulis dan berdiskusi yang dilakukan oleh kader IMM tidak berhenti sampai di titik itu saja, tetapi harus bermuara pada aksi nyata. Apa yang dibaca, ditulis dan didiskusikan harus mampu dirumuskan menjadi sebuah gerakan sehingga ada sinkronisasi antara keilmuan yang dimiliki dengan tindakan yang dilakukan sehingga jargon unggul dalam intelektual tidak menjadi paradoks bagi IMM itu sendiri.
3. Kemasyarakatan
Di dalam QS. Al-Baqarah : 2 terkandung Trilogi yang disebut iman, sholat dan zakat yang dalam formulasi lain disebut iman, ilmu, dan amal. Akhir dari semua formulasi keimanan dan keilmuan seseorang adalah amal, perbuatan atau aksi nyata. Di tengah masyarakat industrial dan masyarakat informasi saat ini, dimana masyarakat semakin sibuk untuk memikirkan kepentingan pribadinya sehingga kepeduliaan terhadap orang lain semakin memudar.
Dalam kondisi inilah kader ikatan harus peka dan turun langsung untuk menjadi kelompok minoritas yang masih punya kepeduliaan terhadap kaum mustadh’aifn dan dhu’afa serta masyarakat yang terdiskriminasi. IMM harus mengimplementasikan semangat profetik ke dalam masyarakat agar keimanan dan keilmuan yang dimiliki menjadi sempurna ketika diamalkan dalam kehidupan.
Trilogi bukan hanya dijadikan sebagai profil atau simbol dalam ikatan. Tetapi trilogi merupakan hal yang esensial yang harus diaplikasikan. Keagamaan, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan harus dipahami dan diaplikasikan secara kontekstual dan reflektif. Iman, Ilmu dan Amal merupakan kesatuan konsep dan praksis gerakan yang paripurna apabila mampu diejawantahkan oleh kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah. Seseorang yang beriman, dengan imannya akan mendorong dirinya untuk peduli terhadap kemanusiaan, seseorang yang berilmu pun demikian, dengan ilmunya ia akan merumuskan konsep strategis untuk mengatasi persoalan masyarakat dan penderitaan rakyat.
Melalui tulisan ini diharapkan para pembaca khususnya kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mampu merefleksikan Trilogi yang bersifat tekstual-normatif ini menjadi aksi nyata yang kontekstual dan mampu menjawab persoalan kemanusiaan.