Haedar Nashir Dorong IMM Perkuat Intelektualisme Muhammadiyah

Mahasiswa269 Dilihat

YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir sampaikan rasa terima kasih dan bangganya kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) atas kiprahnya selama 65 tahun lebih sejak berdiri pada tahun 1964 silam.

Hal itu disampikan Haedar dalam Pembukaan Tanwir ke- XIXX IMM yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP IMM), pada Kamis (20/8) melalui daring.

Haedar menyebut peranan IMM dari tingkat pusat sampai komisariat dan seluruh kelompok alumninya telah menorehkan jejak menjadi pelopor, pelangsung, penyempurna gerakan Muhammadiyah. Khsusunya dalam dunia akademik dan dunia kaum mahasiswa yang menjadi fokus pergerakan IMM.

“Jejak ini telah memberi sumbangan besar bagi Muhammadiyah dalam bentuk menghasilkan kader terbaik untuk seluruh struktur lingkungan Muhammadiyah bahkan bersdiaspora menjadi kader umat dan kader bangsa,” kata Haedar.

Dalam Tanwirke-XIXX IMM yang bertemakan “Mengabdi untuk Negeri, Merumuskan Solusi Organisasi di Tengah Pandemi” tersebut, Haedar meminta kader-kader IMM terus meningkatkan kaderisasi yang sistematik dan internsif sehingga kedepan kader IMM selain berdiaspora diberbagai struktur internal dan eksternal tetapi juga memainkan peran strategis bahkan menjadi uswah khasanah. 

“Ketika Muhammadiyah saat ini memasuki abad kedua, maka diperlukan Immawan dan Immawati yang betul-betul siap menjadi kader persyarikatan, umat dan bangsa. Bahkan mampu berperan dikancah global ketika era revolusi modern abad ke-21 dan globalisasi yang niscaya,” harap Haedar.

Untuk itu, kata Haedar kader-kader IMM perlu tiga hal dalam mengemban estafet Muhammadiyah dan menghadapi dinamika global. Pertama, perkokoh, perkuat dan mobilisasi intlektualisme IMM sebagai basis Muhammadiyah kedepan.

Perlu diketahui bahwa Muhammadiyah lahir dengan membawa jejak tadjid didalam pergerakannya. Tajdid Muhammadiyah telah menghadirkan berbagai macam hal modern tetapi berbasis pada nilai-nilai Islam yang kokoh. Sehingga Muhammadiyah kemudian menjadi wakil dan representasi paling depan dari gerakan islam modern terbesar. Bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia muslim.

Watak modern atau watak asy’ariyah dari Muhammadiyah ini Haedar menyebut tidak terlepas dari tajdid pendiri Muhammadiyah yaitu Kiai Dahlan. Kiai Dahlan ketika merintis pembaharuannya  sejak tahun 1889 dengan meluruskan arah kiblat dilanjutkan membuat kelas modern pada tahun 1911.

Memulai pembaharuannya diusia usia 20-an, Dahlan muda lahir dari tradisi  Kauman Kraton dan Islam yang saat itu masih tradisional. Kemudian Dahlan pergi dan bermukim di Mekkah disaat kondisi Arab Saudi sedang dalam paham wahabisme yang begitu rupa.

Dahlan muda mampu dan keluar dan mampu belajar sampai pulang ke Indonesia menjadi mujadid, menjadi pembaharu. Diserap seluruh ilmu pembaharuannya dari Ibnu Taimiyah, Abd Wahab, Muhammad Abduh hingga Rasyid Ridha hingga belajar pada Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.  Tetapi Dahlan pulang menjadi pembaharu yang punya kekhasan yang berpijak pada bumi Indonesia dengan pendekatan-pendekatan kultural.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *