Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah (Sekretaris Direktur LKBHMI Cabang Semarang 2021/2022)
SEMARANG-Masyarakat Indonesia memperingati tanggal 10 November sebagai hari pahlawan, dimana mereka melakukan refleksi diri tentang perjuangan keras pahlawan dahulu. Bila merujuk beberapa tahun lalu, tanggal 6 November 2017, terdapat Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional; salah satunya adalah Lafran Pane yang diberikan gelar tersebut.
Dia lahir pada tanggal 5 Februari 1922, namun selama ini menggiring opini bahwa lahir di tanggal 12 April 1923 dengan tujuan organisasi yang didirikannya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), tidak identik dengan dirinya. Organisasi tersebut merupakan wadah berhimpun mahasiswa dari beraneka ragam, dari Islam abangan, mualaf, Islam moderat, Islam santri tulen, berlatar belakang Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, LDII, Serikat Islam atau apapun karena yang diangkat HMI tidak membeda-bedakan background yang masuk di dalamnya, namun yang terpenting adalah mahasiswa dan beragama Islam. Mereka saling belajar, berpendapat, bertukar perspekif untuk menajamkan intelektual dalam menyusun kebenaran yang relatif di dunia.
Lafran Pane, seorang guru besar yang diangkat pada tanggal 1 Desember 1966, menghembuskan nafas terakhirnya tanggal 24 Januari 1991. Melalui HMI yang didirikannya pada tanggal 5 Februari 1947 selama masih kuliah di STI, yang sekarang UII, dia memiliki dua tujuan dasar, yakni pertama adalah mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Dia mencoba mengulik semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, hukum, ekonomi, sosial, motal, demokrasi, etika, ataupun egalitarianisme (manusia adalah sama tanpa membedakan ras, status, warna kulit, maupun apapun). Menurutnya, melalui HMI, Islam bukanlah sekumpulan kaum yang terkotak-kotak dan mementingkan fanatisme kelompok yang semakin meningkat.
Lafran Pane di dalam langkah perjalannya, sejak HMI berdiri, telah menginspirasi banyak orang untuk ikut berkontribusi dalam penguatan beragama dan bernegara. Semangatnya yang tulus dan dedikasi yang diberikannya telah menggambarkan bahwa perubahan dapat dilakukan oleh siapa saja selama punya tekad dan mental untuk mengubah.
Dengan memahami ini, kita diingatkan pentingnya nilai-nilai keberanian, keadilan, dan pengabdian dalam membangun masyarakat adil makmur dan masa depan yang lebih baik. Lafran Pane bukan hanya sosok penting di organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, HMI, tetapi juga mengajarkan tentang trasformasi besar yang dapat dimulai dari setiap individu.