Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

Artikel

Masalah Kesehatan Yang Wajib Diketahui Sebelum Mendaki

badge-check


					Pendaki  Berfoto di Gerbang Pendakian Gunung Marapi, Sumatera Utara Perbesar

Pendaki Berfoto di Gerbang Pendakian Gunung Marapi, Sumatera Utara

Akhir akhir ini banyak para pendaki mendaki gunung apalagi mau sumpah pemuda, mungkin sudah pada bosan di rumah selama wabah pandemi ini yaa.

Tapi tahukah kalian mendaki gunung memerlukan persiapan ekstra karena kita akan menjelajahi hutan dengan membawa beban yang berisikan logistik dan perlengkapan.

Selain itu kita juga perlu mengetahui dan menyadari risiko kesehatan yang berpeluang terjadi selama di gunung.

Maka tidak jarang kita dengar ada kawan kita yang menjadi korban akibat minimnya pengetahuan sebelum mendaki gunung.

Dikutip dari hallosehat.com ada 7 masalah kesehatan yang berpeluang menyerang saat naik gunung yang harus kita waspadai, diantaranya :

Hipotermiai

Dipuncak gunung kita akan terus terpapar suhu dingin, hembusan angin berat, dan curah hujan yang tidak bisa diprediksi. Pada dasarnya, paparan suhu dingin yang berkelanjutan dari lingkungan luar yang lebih rendah daripada suhu tubuh dapat menyebabkan hipotermia, jika pakaian Anda tidak tepat atau Anda tidak dapat mengontrol kondisi tubuh.

Diawali dengan menggigil biasanya diikuti dengan kelelahan, sedikit kebingungan, kurang koordinasi, bicara melantur, napas cepat, dan terlihat pucat.

Setelah suhu tubuh turun sangat rendah hingga di bawah 35ºC, jantung, sistem saraf, dan organ tubuh lain tidak dapat bekerja secara optimal.

Jika tidak ditangani secepatnya, hipotermia bisa mengancam nyawa karena menyebabkan syok dan kegagalan total pada fungsi jantung dan sistem pernapasan.

Vertigo

Vertigo adalah terasa oyong dengan perasaan goyah atau sensasi berputar saat tubuh tidak bergerak, atau gerakan tubuh yang tidak wajar untuk merespons gerakan lainnya.

Sensasi kepala berputar bisa berbahaya saat terjadi di atas gunung karena dapat dengan mudah menyebabkan disorientasi. Cara terbaik untuk menghindari vertigo di gunung adalah dengan tidak naik gunung jika Anda memiliki sakit kepala, migrain, meriang, atau alergi yang belum terobati.

Telinga berdenging (Tinnitus)

Tinnitus adalah gangguan telinga berdenging tanpa henti. Seperti halnya dengan vertigo, jika Anda nekat naik gunung saat sakit kepala atau memiliki masalah telinga lainnya, Anda dapat berisiko mengalami hal ini.

Barotrauma

Biasanya menyerang pendaki gunung ketika mereka berada di ketinggian lebih dari 2 ribu meter di atas permukaan laut. Barotrauma mengacu pada cedera yang disebabkan oleh peningkatan drastis tekanan udara atau air, seperti saat naik gunung atau menyelam. Barotrauma telinga adalah jenis yang paling umum terjadi.

Pada kasus barotrauma yang lebih parah, telinga tengah bisa terisi dengan cairan bening saat tubuh mencoba menyamakan tekanan di kedua sisi gendang telinga. Cairan ini diambil dari pembuluh darah di lapisan telinga bagian dalam, dan hanya bisa mengalir jika tabung eustachius terbuka. Cairan di balik gendang telinga disebut otitis media serosa. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa sakit dan kesulitan mendengar yang mirip dengan infeksi telinga tengah.

Mountain Sickness (AMS)

Mountain sickness (AMS) terjadi saat pendaki berada atau bermalam di ketinggian tertentu, terutama di ketinggian antara 2400 hingga 3000 meter di atas permukaan laut (mdpl). AMS bisa terjadi pada siapapun, terlepas dari usianya. Namun begitu, beberapa penelitian menyatakan AMS lebih sering menyerang perempuan dibanding pria. AMS disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Edema paru dataran tinggi (HAPE/High Altitude Pulmonary Edema)

Salah satu komplikasi dari AMS saat naik gunung. Edema paru disebabkan oleh adanya penumpukan cairan berlebih di paru-paru. HAPE mungkin muncul dengan sendirinya tanpa diikuti gejala AMS terlebih dulu (ini terjadi di lebih dari 50% kasus). HAPE adalah penyakit ketinggian yang paling mematikan, namun seringkali disalahpahami sebagai pneumonia.

Tanda HAPE yang paling penting untuk diwaspadai adalah sesak napas. Selain itu, kelelahan, lemas, dan batuk kering juga bisa menjadi tanda peringatan dini dari kondisi ini. HAPE dapat berkembang dengan sangat cepat, sekitar 1-2 jam, atau secara bertahap hanya dalam sehari.

Edema otak dataran tinggi (HACE/High Altitude Cerebral Edema)

Edema otak terjadi ketika ada penumpukan cairan berlebih di otak Anda. Kasus HAPE yang parah dapat berlanjut menjadi HACE, alias edema otak. Tapi HACE mungkin muncul dengan sendirinya tanpa didahului oleh gejala HAPE atau AMS.

HACE seringnya muncul ketika pendaki gunung berada di ketinggian dalam beberapa hari terakhir. Turun gunung adalah pengobatan yang paling efektif dari HACE dan HAPE, dan hal ini tidak boleh ditunda.

Itulah ketujuh yang perlu kita waspadai untuk kesehatan ketika mendaki gunung yang Ditinjau oleh dr. Yusra Firdaus Dokter Umum, Ditulis oleh Ajeng Quamila pada http://Hallosehat.com

Baca Lainnya

Melek Keuangan: Fondasi Kesejahteraan dan Stabilitas Finansial di Era Modern

24 September 2024 - 18:00 WIB

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pendirian Koperasi Syariah di Pasar Sigalangan, Tapsel Oleh Nofinawati, M.A Dr. Sarmiana Batubara, M.A dan Adnan Murroh. M.A.

23 Agustus 2024 - 08:54 WIB

Food Estate dan Kesejahteraan Masyarakat

30 Mei 2024 - 13:51 WIB

Husni Mubarak Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi USU/ Penulis/ Ist

Kunjungan Kapolres Madina ke Pantai Batu Ruso Tabuyung: Dorong Peningkatan Pelayanan Wisata

14 April 2024 - 21:00 WIB

Empowerment IMMawati: Meningkatkan Kapasitas dan Pengaruh Untuk Kesetaraan Gender

1 April 2024 - 22:01 WIB

Trending di Artikel