05 /1/2022 Pimpinan Daerah Ikatan pelajar Muhammadiyah Bukittinggi menyelenggarakan Diskusi Poros Tengah seri ke 2 dengan tema. “Quo Vadis IPM Sumatera Barat?”
Diskusi ini sekaligus menjadi diskusi terakhir dalam rangkaian Diskusi Poros Tengah yang diadakan oleh PD IPM Bukittinggi sejak Desember silam. Ucok Parlindungan selaku Ketua Umum PW IPM Sumatera Barat menutup kegiatan ini secara resmi.
Tajuk Diskusi Poros Tengah seri kedua ini sangat menarik menurut penulis. Quo Vadis yang sebagai mana kita ketahui adalah bahasa latin yang bermakna “Kemana Kamu Pergi?” secara harfiah. Artinya Diskusi seri kedua memperbincangkan IPM Sumatera Barat Pasca-Musywil mau dibawa kemana.
Dalam melihat itu, penulis punya beberapa catatan yang sekiranya dapat juga menjadi perbincangan dan pertimbangan oleh Kader IPM Sumatera Barat untuk menentukan arah gerak PW IPM Sumatera Barat dalam forum Musywil mendatang.
Meskipun nantinya catatan ini tidak sepenuhnya berada dalam posisi kebenaran mutlak. Tapi, setidaknya penulis telah berupaya se-rasionalitas dan se-objektif mungkin dalam memikirkannya berdasarakan pengalaman serta pengamatan selama bergelut di dunia IPM, khususnya di Sumatera Barat.
Ada 3 hal yang perlu menjadi bahan perbincangan dan pertimbangan Kader IPM Sumatera Barat di arena Musywil mendatang dalam rangka menentukan arah gerak PW IPM Sumatera Barat nantinya menurut penulis. Tiga hal itu adalah sebagai berikut.
Revitalisasi Perkaderan dan Penguatan Gerakan Sosial
Sudah menjadi keniscayaan bagi kita semua, bahwa IPM adalah ortom Muhammadiyah yang bergerak dalam ranah perkaderan dan juga gerakan sosial di kalangan pelajar sebagai upaya dakwah amar makruf nahi mungkar.
Perkaderan menjadi jantung pergerakan IPM. Artinya perkaderan selain menjadi wadah untuk penguatan basis ideologi kader IPM, perkaderan juga menjadi wadah untuk mempersiapkan aktor-aktor penerus estafet kepemimpinan dalam ranah persyarikatan, umat, dan bangsa.
IPM Sumatera Barat harus mampu menghadirkan ruang perkaderan yang kondusif, prosedural, dan tentunya substantif. Perkaderan harus lepas dari bentuk formalitas-ceremonial acara belaka sebagai bentuk melepas tanggung jawab begitu saja.
Selain perkaderan formal, diperlukan juga perkaderan non-formal sebagai ruang diskursus pengembangan potensi Kader yang berbasis lokal dan tentunya sesuai kebutuhan Kader di Sumatera Barat.
Berbicara perkaderan, tentunya kita juga tidak bisa melepaskan peran penting dari fasilitator yang mesti dipersiapkan secara matang, mulai dari kerangka paradigmatik hingga praktik.
Disamping perkaderan, IPM adalah gerakan sosial dikalangan pelajar. Kader IPM tentunya harus berpartisipasi aktif dalam rangka mewujudkan transformasi sosial, terkhusus dikalangan pelajar. Sejatinya, IPM adalah organisasi representasi Muhammadiyah yang terus berupaya mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.
Maka, sudah sepantasnya IPM juga bersikap aktif dalam hal ini, baik itu dengan agenda-agenda aksi yang telah dicanangkan ataupun dengan agenda-agenda sosial lainnya.
Moderasi IPM dan Ke-IPM-An
Moderasi dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah sikap tengahan, toleran, dan juga sedang, dapat memelihara keberagaman dengan baik.
Sikap yang melepaskan diri dari belenggu-belenggu kefanatikan dan sikap radikal-ekstrem yang tentunya akan memicu keributan dalam perbedaan.
Moderasi IPM dapat berwujud pengimplementasian 3 T dalam diri setiap kader, dan juga sikap kolaborasi-aspiratif dalam berorganisasi. Melepaskan segala bentuk sentimen-sentimen yang dapat menggangu stabilitas organisai juga menjadi hal penting dalam mewujudkan Moderasi IPM dan Ke-IPM-An.
Tidak menjadi sebuah masalah ketika kita punya pandangan yang berdeda, sikap yang berbeda, ataupun pilihan yang berbeda dalam forum organisasi. Namun, yang penting adalah sikap profesionalitas dan juga moderat harus tetap dijunjung untuk kepentingan organisasi yang lebih baik.
Meneguhkan Peran dan Kolaborasi Stakeholders
Sebagaimana yang kita ketahui, dalam membangun gerakan yang lebih kolaboratif dan juga progresif kita perlu untuk meningkatkan eskalasi gerakan yang kolaboratif dan juga progresif di Sumatera Barat.
Upaya itu tentunya dapat kita wujudkan melalui stakeholders yang ada, LSM, sekolah-sekolah, ortom, pemerintah, dan juga instansi-instansi terkait. Dalam rangka meningkatkan eskalasi gerakan yang lebih berdampak, tentunya harus dibarengi dengan komitmen tinggi dan juga kolaborasi jangka panjang. Kolaborasi yang tidak hanya karena ada ‘kepentingan’ sesaat saja. Namun, harus dimurnikan dengan niat membangun peran yang substansial.
Mari Tuntaskan Wahai Musyawirin
Tiga hal diatas adalah sebuah usaha dalam merumuskan “Quo Vadis IPM Sumatera Barat?”, yang semoga saja dengan pertimbangan objektif dan rasional tadi dapat menjadi perbincangan dan pertimbangan Kader IPM Sumatera Barat dalam menghadapi Muswil XXII ini.
Selamat dan semangat saya ucapakan kepada para pelopor, pelangsung, dan penyempurna amanah dalam mengikuti Musywil ini. Kita harus berbahagia dan menyambut momentum ini dengan gagasan dan fikiran yang jernih menuju perubahan yang lebih baik.
Tabik!
Nuun Wal Qolami Wamaa Yasthuruun
Ramadhanur Putra
Ketua Umum PD IPM Bukittinggi 2019-2020
-Yogyakarta, 06 Januari 2022 (Pukul 22.54 WIB)