Hari pendidikan dengan segala formalitasnya boleh berlalu, tapi sosok pendidik tak pernah lekang oleh waktu.
Abadi disetiap hempasan angin yang membelai hari dengan kelembutan nasehat dan ilmunya.
Itulah sebabnya seringkali pertanyaan mengekor dibalik langkahnya, namun akan seperti apakah nasibnya kedepan.
Akantetap menjadi misteri diantara gegap gempita manusia yang menjulukinya pahlawan tanpa tanda jasa disitulah muncul banyak Tanya.
Guru memang lebih dari segalanya , dari apa yang Guru lakukan masa depan kita terawat dengan baik .
Alkisah disebuah negeri yang katanya kaya ada kisah seorang guru, sebut saja namanya Fulan yang memulai karirnya dengan mengayuh sepeda bak si oemar bakri.
Sore hari beliau mengajar Matematika ke rumah tetangga, alhasil senyum tulus dan tekadnya yang kuat itu berbuah ranum dan manis rasanya.
Lambat namun pasti, ia menjadi orang nomor satu disekolah.
Sekalipun telah menjabat sebagai kepala sekolah dalam beberapa periode, belum juga kutemui perbedaan sifatnya.
Ia tetaplah pak Fulan yang dulu. Guru yang membuatku tergugu dan menitikkan beberapa butir air mata saat telinga ini mendengar lagu “Terimakasihku” disaat akhir kami disekolah.
Malam itu begitu meriah, puluhan petasan meluncur indah, menyusul gemerlap taburan bintang dilangit. Semua seakan terpana menyaksikannya, tapi bukan denganku.
Terlintas difikiranku adalah “Apa benar ini adalah awal perpisahanku dengan semua guruku dulu? Apakah guru baruku akan lebih baik dari mereka? Atau…?”.
Selepas itu tidak ada lagi sosoknya yang arif. Setiap pagi menyapa murid dengan senyum dan jabat tanganya yang bersikap rendah hati namun bijak perangainya, yang sigap dan paling rajin ke sekolah.