Sebaran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) merilis indikator kesejahteraan sosial, salah satunya angka kemiskinan.
Sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 angka kemiskinan di Labuhanbatu dinilai tidak mampu ditekan 1%.
Pada tahun 2015 kemiskinan di Labuhanbatu berada pada angka 8,99%, turun 0,04 poin saja pada tahun 2016 menjadi 8,95%. Tahun 2017 turun sebesar 0,06.
Tahun 2018 hingga 2019 angka kemiskinan daerah yang dikenal dengan hasil perkebunan sawit dan karetnya ini hanya mampu turunkan nol komaan saja yakni tahun 2018 turun 0,28 dan tahun 2019 turun 0,17 menjadi angka kemsikinan pada tahun 2019 berada pada angka 8,44%.
Pemuda pesisir Labuhanbatu Fauzan mengatakan pembangunan Labuhanbatu dinilai tidak berbasis perencanaan, sementara besaran APBD tiap tahunnya dinilai selalu menembus 1 Triliun.
“Pembangunan yang tidak memiliki perencanaan akan berpotensi gagal, misalnya objek wisata lingkar perkantoran, nyaris tidak berdampak terhadap masyarakat luas,” Ucapnya (20/11/2020).
Fauzan juga menyoroti daerah pesisir di Labuhanbatu yang masih tertinggal, padahal katanya, Desa didukung dengan anggaran yang cukup besar.
“Desa tertinggal masih tinggi dan semacam di anak tirikan, potensi sumber daya alam dinilai tidak dimanfaatkan dengan baik, wajar angka kemiskinan masih tinggi meski kabupaten ini dijuliki dengan petro dollar” Pungkas fauzan.