Jelang Milad, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah hingga kini masih tetap concern pada pembentukan kader-kadernya sebagai akademisi Islam dengan akhlak yang mulia.
Sebagai organisasi kader yang bergerak di tiga bidang, yaitu keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan, kader IMM sejatinya memiliki loyalitas dan integritas dalam berikatan.
Tri Kompetensi Dasar IMM
Pada pencapaiannya, kader-kader IMM difokuskan kepada tri kompetensi dasar yang setidaknya salah satu dari ketiga tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh tiap-tiap kader.
Pertama, Religiusitas. Al-Quran dan Sunnah merupakan dua pedoman hidup bagi umat muslim. Tentu, sebagai kader IMM yang religius harus senantiasa berpegang teguh kepadanya.
Untuk dapat memahami isi dari Al-Quran dan Sunnah bukanlah suatu hal yang mudah. Maka dari itu, kader IMM harus ikut berperan aktif di ranting di tempat ia menetap dengan mengikuti pengajian-pengajian yang biasanya dilaksanakan sekali dalam sepekan.
Kedua, Intelektualitas. Kader IMM merupakan anak intelektualnya Muhammadiyah. Sebagai Intelektual Muda Muhammadiyah, kader IMM harus selalu mengadakan diskusi-diskusi sebagai arena mempertajam daya ingat dan mengasah pola pikir masing-masing kader, dengan diikuti peningkatan literasi melalui budaya membaca dan menulis.
Ketiga, Humanitas. Bukan hanya mengurusi dunia perkuliahan saja, kader IMM juga dituntut untuk berperan aktif di lingkungan masyarakat. Dengan sikap yang humanis, kader IMM harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat untuk membuka cakrawala indah yang terbentang luas. Salah satu bentuk humanitas yang dapat diterapkan di lingkungan masyarakat ialah dengan bergotong-royong, yang merupakan cikal bakal masyarakat Indonesia.
Tri kompetensi dasar di atas pasti sudah sangat melekat pada kader IMM, namun yang menjadi pertanyaan, apakah telah tertanam dalam jiwa kader itu sendiri?
Antara Eksistensi atau Esesnsi dalam Ber-IMM
Kegiatan-kegiatan seperti itu sebenarnya telah banyak dilakukan oleh kader IMM, namun tak sedikit yang hanya turut serta untuk meramaikannya saja. Bukan tanpa sebab, minimnya kesadaran kader IMM sebagai Intelektual Muda Muhammadiyah semakin lama semakin menjangkiti kader demi kader.
Program kerja dilaksanakan hanya untuk pelengkap LPJ di akhir periodenya. Akhirnya program kerja hanya sebagai pencarian eksistensi dengan menghiraukan esensi.
Mengapa begitu? Karena tanggungjawab kepada manusia lebih diutamakan ketimbang tanggungjawab kepada sang Ilahi.
Esensi yang seharusnya tercapai oleh kader IMM kian merosot seiring pencarian eksistensi yang tidak diketahui arah dan tujuannya. Kader IMM yang seharusnya bisa bersaing dengan mahasiswa lain, kini dihadapkan kepada eksistensi IMM itu sendiri.
Enam penegasan IMM itu harusnya menjadi pedoman bagi setiap kader, bahwa setiap eksistensi tak perlu dicari, cukup dengan berilmu amaliah beramal ilmiah dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan rakyat, maka eksistensi itu akan hadir sendirinya.
IMM Sebagai Pewaris Tampuk Pimpinan
Kualitas dan kuantitas merupakan dua hal yang tak terpisahkan di dalam perkaderan IMM. Meski begitu, setiap kader IMM harus memiliki jati diri sebagai Intelektual Muda Muhammadiyah. Ghirah dalam ber-IMM tetap terjaga sehingga masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat terwujud sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.
Dengan kader yang memiliki integritas serta kreatif dan inovatif, yang juga dibekali dengan tri kompetensi dasar, harusnya mampu memberikan pikiran yang objektif terhadap IMM itu sendiri, terlebih bagi persyarikatan, agama, Nusa dan bangsa.
Pada Milad kali ini, kader IMM bukan hanya sebagai bagian dari orang-orang yang ikut berorganisasi, namun kader IMM disiapkan untuk menjadi pewaris tampuk pimpinan umat di kemudian hari.
Selamat Milad IMM
Perjalanan 57 tahun bagi IMM bukanlah hal yang mudah. Setengah abad lebih IMM aktif memberikan kontribusi untuk bangsa.
14 Maret nanti, IMM genap berusia 57 tahun. Banyak doa dan harapan yang dihaturkan sebagai wujud rasa cinta dan bangga terhadap ikatan.
Semoga perjuangan kita semua dalam ber-IMM diberkahi oleh Allah SWT.
Jayalah… IMM Jaya!
Abadi Perjuangan!
Penulis: Mukhaimin Syahputra Dalimunthe, Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PK IMM FITK UIN-SU P.A 2020/2021