Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

Opini

Aplikasi TikTok: Pergeseran Nilai dan Etika

badge-check


					Sumber: Dokumen Pribadi Perbesar

Sumber: Dokumen Pribadi

TikTok merupakan aplikasi online yang memfasilitasi masyarakat yang ingin mengupload kegiatan, dagangan atau kreatifitasnya agar dapat dilihat oleh khalayak. Tidak sedikit masyarakat yang berbondong-bondong memposting barang dagangan dengan berharap laku, kegiatan positif yang bermanfaat, dan tubuh molek yang ditampilkan dalam jogetannya. Penulis meyakini bahwa hal yang mereka posting adalah melalui kesengajaan dan bertujuan ingin dilihat banyak orang.

Bukan menjadi rahasia umum ketika TikTok digunakan sebagai ladang pekerjaan. Namun sayangnya, ada pergeseran substansi dan nilai yang di posting di dalam beberapa live video.

Kegiatan mandi lumpur, menampilkan rambut ketiak, menyirami diri mereka dengan air di malam hari berkali-kali, atau melakukan hal yang bertentangan mereka lakukan demi mendapatkan cuan. Semakin banyak yang memberi gift, makin bergaya pula orang yang tampil di video. Dapat dikatakan dalam bahasa Jawa, tambah nemen.

Zaman yang menjadi serba praktis selaras dengan perkembangan teknologi yang memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah mereka dapat belajar, mencari tau informasi yang diinginkan, dan lain-lain. Namun dampak buruknya adalah terjadi pergeseran nilai, tentunya minim etika atau moralitas dalam bermedia sosial.

Etika (secara etimologi berasal dari Yunani “ethos”) dan moral (berasal dari bahasa Latin “mos) merupakan faktor terpenting dalam menjalankan kehidupan di lingkup sosial. Mempertimbangkan hal yang baik dan buruk merupakan fungsi nurani dalam sebuah perbuatan.

Tampaknya mandi lumpur, joget yang terlalu vulgar, dan aktivitas lain yang menyimpang demi mendapatkan fyp atau gift yang banyak membuat mayoritas content creator menutup mata etika dalam bermedia sosial. Harusnya, sebagai influencer dapat memberikan contoh yang baik.

Secara teoritik, Menurut Siberkreasi & Deloitte, etika digital (digital ethics) adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika (netiquette) digital dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya manusia yang diberkahi akal dan hati memahami bahwa perbuatan yang dilakukannya baik dan buruknya atau benar dan salahnya. Walaupun kebenaran di dunia adalah relatif, setidaknya menuju ke jalur yang hanif dan sesuai norma yang baik.

Oleh sebab itu, bukan hanya etika yang harus diperbaiki dalam memposting video di TikTok, namun juga mental dan mindset. Apabila masih mandi lumpur, joget tidak jelas, atau apapun itu yang menyimpang karena ingin mendapatkan gift yang banyak dan uang yang melimpah, berarti terdapat kesalahan berpikir karena pada dasarnya itu adalah perbuatan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Baca Lainnya

Refleksi Peringatan Hari Santri 2024: Santri Harus Kaya

23 Oktober 2024 - 00:04 WIB

Menggapai Asa Di Tengah Keterbatasan

20 September 2024 - 17:38 WIB

Menyongsong Kereta Cepat Jakarta-Surabaya: Peluang Emas atau Beban Ekonomi?

25 Juli 2024 - 19:37 WIB

Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat

29 Juni 2024 - 22:56 WIB

Perlindungan Konsumen Terhadap Pembulatan Harga di Swalayan

27 Mei 2024 - 08:13 WIB

Muhammad Fachrul Hudallah (Ketua Gerakan Peduli Konsumen)
Trending di Masyarakat