Komentar sains usang membuat kebanyakan kita yakin kalau pembuahan ialah upaya dari mani terkuat yang menang mengalahkan mani lain dalam perlombaan renang mengarah ovum. Wanita lebih dikira bagaikan objek pasif.
Mereka yang yakin teori fertilitas tersebut digolongkan bagaikan kelompok preformationist. Kelompok ini meyakini tiap spermatozoa berisi miniatur manusia( homunculus).
Sedangkan sel telur cumalah tempat mani bertumbuh. Seragam taklid buta, beratus- ratus tahun mereka menutup mata pada kelompok epigenesist yang pemikirannya berlawanan dengan homunculus mani.
Bermacam riset pada 1700- an semestinya telah mematahkan kepercayaan preformationist. Kenyataan meyakinkan mekanisme reproduksi pada wanita pula berkontribusi membentuk orang baru.
Supaya terjalin pembuahan, dibutuhkan minimun satu mani buat berjumpa ovum, serta mekanisme reproduksi perempuanlah yang menyeleksinya.
Jumlah mani hendak menurun kala melewati area asam Miss V serta lendir serviks. Rute yang ditempuh mani dari serviks menggapai rahim kira- kira sepanjang 18 centimeter.
Bila lolos, mani tidak berjuang sendiri mendatangi ovum, melainkan bisa dorongan dari kontraksi rahim, ditarik mengarah sel telur di saluran tuba fallopi.
Bila terbuat perbandingan, rute yang wajib dilalui mani buat menggapai sel telur setara jarak mendaki Gunung Everest. Dari ekspedisi itu terdapat lebih dari 50 juta mani yang tersisih– kira- kira 20 persen jumlah penduduk Indonesia– dalam rangkaian reproduksi ini.
“ Sistem reproduksi wanita menyisihkan mani dengan kelainan raga supaya tidak banyak mani lolos ke saluran telur,” demikian uraian rinci dari Robert Martin, penulis novel How We Do It: The Evolution and Future of Human Reproduction( 2013), di halaman Aeon membantah mitos keperkasaan mani.
Sehabis hingga di saluran telur, mekanisme reproduksi wanita cuma mengizinkan sebagian mani lepas serta mendekati telur.
Bila jumlah mani sangat banyak, hingga hendak timbul resiko pembuahan lebih dari satu mani( polispermia) yang menyebabkan keguguran.
Evolusi membuat serangkaian hambatan ketat pada saluran reproduksi wanita buat menghalangi jumlah mani yang mengelilingi telur. Maksudnya, kedudukan wanita dalam fertilisasi tidak pasif semacam yang diasumsikan banyak orang.
Walaupun mitos mani merupakan“ perenang terhebat” telah dibantah oleh bermacam riset, narasi maskulin itu masih bertahan. Apalagi ovarium pula ditafsirkan bagaikan perlengkapan reproduksi yang mempunyai stok ovum terbatas. Sedangkan testis senantiasa diungkapkan memproduksi mani baru seumur hidup.
Tidak sering dibeberkan kalau tingkatan infertilitas laki- laki pula sama besarnya dengan wanita. Keahlian membuahi hendak menyusut kala ejakulasi mereka cuma menciptakan kurang dari seratus juta mani. Tampaknya, riset baru- baru ini pula menguak kalau mani tidak sempat betul- betul berenang lurus mengarah ovum.
Upaya Manusia Menguasai Asal- Muasalnya
Antonie van Leeuwenhoek bisa jadi bukan orang awal yang penasaran dengan isi air maninya sendiri. Tetapi hanya ia manusia yang memiliki ilham nyeleneh di abad 17- an, menampung hasil ejakulasi serta meneropongnya di dasar kaca preparat.
Kala itu manusia belum memiliki gagasan tentang reproduksi, mereka apalagi tidak ketahui kalau pembuahan terbentuk dari sel- sel kehidupan laki- laki serta wanita( sperma- ovum). Leeuwenhoek yang setelah itu menemukan predikat bagaikan“ Ayah Mikrobiologi” meningkatkan mikroskop 2 ukuran awal dengan pembesaran objek sampai 270 kali.