Bahayanya politik uang jika kita anggap biasa saja pada pilkada serentak 2020 yangsebentar lagi dilaksanakan.
Sekarang dapat kita lihat banyaknya spanduk calon-calon kepala daerah yang bertebaran disepanjang jalanan di Indonesia.
Hal ini sudah menjadi budaya tersendiri bagi masyarakat di indonesia yang mana menjadi sampah visual yang tak teratur penempatannya.
Tidak hanya dengan spanduk para calon kepala daerah ini juga giat berkampanye bertatapan langsung dengan masyarakat. Janji-janji pun banyak mereka lontarkan pada masyarakat.
Begitu pula Politik uang yang sudah mendarah daging pada bangsa kita dan dianggap biasa saja. Politik uang merupakan salah satu bentuk kejahatan pemilu.
Dengan kata lain politik uang ini bisa di katakan praktik suap-menyuap. Defenisi umum dari politik uang tersebut adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih.
Mempengaruhi pemilih artinya masyarakat yang terdaftar dalam DPT yang melaksanakan Pemilu diberi uang, materi lainnya asal mau menjatuhkan pilihannya kepada calon daerah tertentu.
Dengan adanya politik uang ini memiliki dampak yang sangat buruk. Dampak buruk pertama yaitu APBD berpotensi digunakan untuk kepentingan pemodal yang telah membiayai pemenangnya. Istilahnya tidak ada makan siang yang gratis.
Kedua, yang terpilih nanti sangat mungkin adalah orang yang tidak memiliki kompetensi kepemimpinan, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun daerah.
Ketiga, yang terpilih karena banyak mengeluarkan uang dalam bentuk politik uang berpotesi akan merampas dan mengkorupsi APBD yang di kelolanya.
Keempat, pelaku dan penerima dapat dipidana sesuai dengan pasal 187a ayat 1 dan 2 UU nomor 10 tahun 2016.
Dengan budaya politik uang yang sudah mendarah daging di bangsa Indonesia ini, tentu menciderai asas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Hal ini juga mengajarkan kepada masyarakat untuk berbuat curang yang mana kebanyakan masyarakat indonesia ini rata-rata hanya memiliki pendapatan ekonomi menengah kebawah.