Jendela sejarah menyatakan bahwa bulan september merupakan bulan penuh duka di bumi pertiwi ini.
Isak tangis datang dari mana-mana, air mata itupun tumpah seketika pada wajah ini. Hitam gelap tidak terlihat, bagaikan debu yang beterbangan setelah dilahap si jago merah.
September kembali bercerita , kejadian demi kejadian terjadi di ibu pertiwi ini.
September dirundung duka, kejadian-kejadian terjadi hingga September berakhir.
Kasus-kasus yang terjdi pada bulan september diantaranya, tragedi G30S PKI pada 1965, tragedi Tanjung Priok pada 1984, tragedi semanggi II pada 1999, tragedi pembunuhan munir said thalib pada 2004.
Salah satu kejadian menyedihkan itu adalah pembunuhan munir yang terjadi di udara pada 16 tahun silam.
Pembunuhan tersebut terjadi pada 7 September 2004, saat munir hendak melanjutkan studinya ke negeri kincir angin.
Kematian munir diduga kerane keracunan setelah meminum es jeruk, Munir di bunuh di udara.
Munir Said Thalib, nama itu tetap dikenal sebagai sosok pejuang.
Bahkan setelah kepergiannya 16 tahun silam, dia dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia (HAM) dan kecintaannya begitu besar pada hukum.
Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965. Dia berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UNIBRAW) dan dikenal sebagai aktivis kampus.
Munir pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Universitas Brawijaya pada tahun 1998, koordinator wilayah IV asosiasi mahasiswa hukum Indonesia.
Munir juga anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Unibraw, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Kasus-kasus yang ditangani Munir
Munir juga pernah menangani beberapa kasus besar diantaranya, menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998.
Menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984.
Pernah menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak yang melawan pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992.
Kasus lain yang ditangani Munir adalah pembunuhan aktivis buruh dan aktivis perempuan, Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994.
Saat munir menjabat sebagai Dewan Kontras namanya melambung tinggi dan munir juga menetang kebijakan pemerintah pada orde baru.
Sehingga munir kerap menjadi sasaran dan lingkaran merah bagi para intelijen karena dianggap berbahaya.
Kecintaannya terhadap Hukum
Karena kecintaannya terhadap ilmu hukum, munir berkeinginan melanjutkan studinya secara mendalam ke Amsterdam Belanda.
Penerbangan GA-974 yang menjadi armada yang membawa Munir mengarungi langit , lepas landas dari Jakarta pada Senin, 6 September 2004 malam pukul 21.55 WIB.
Setelah pesawat tersebut transit di Bandara Changi, Singapura dan melanjutkan perjalanan menuju negeri kincir angin tersebut, munir terlihat sakit perut setelah meminum es jeruk yang telah disediakan sebelumnya.
Munir sempat mendapat pertolongan dokter yang berada dalam pesawat, kemudian munir dipindahkan ke bangku dekat dokter agar mendapat perawatan.
Namun apa daya, munir tewas dilangit Rumania. Munir sempat diduga sakit sebelum menghembuskan nafas terakhir setelah beberapa kali ke toilet usai pesawat lepas landas dari bandara Changi, Singapura.
Setelah pesawat mendarat di Amsterdam, kemudian jenazah munir di otopsi untuk mengetahui sebab kematiannya.
Pada 12 September 2004, munir dimakamkan di kampung halamannya, Batu, Malang.
Meskipun demikian hasil otopsi menyatakan bahwa munir tewas karena diracun.
Namun, hingga kini tidak ada titik terang atas pembunuhan aktivis hak asasi manusia tersebut.
Pembunuhan munir dilakukan secara berencana termasuk pilot pesawat garuda yang ditumpangi munir pada saat akan menuju negeri kincir angin merupakan salah satu tersangka dalam pembunuhan berencana tersebut.
Munir telah pergi kasusnya tak pernah usai membela hak asasi berbayar nyawa Munir mati dinegri demokrasi panjang umur semangat munir, panjang umur perjuangan
Oleh: Mila Mutiara