Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia, peci yang memiliki ciri khas.
Meskipun Songkok yang mirip dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita.
Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka.
Itulah awal mulanya Soekarno mempopulerkan peci, yang dituturkan dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Sebenarnya Sokerno bukanlah intelektual yang pertama menggunakan peci. Pada 1913, dalam rapat SDAP ( (Sociaal Democratische Arbeiders Partij) di Den Haag.
Dalam rapat itu mengundang Tiga politisi yang kebetulan menjalani pengasingan di Belanda.
Douwes Dekker, Tjpto Mangunkusumo, dan Kihajar Dewantara saat itu menunjukkan identitas mereka masing-masing.
Demikian Ki Hajar menggunakan topi fez Turki berwarna merah yang kala itu populer di kalangan nasionalis.
Tjipto mengenakan kopiah dari beludru hitam. Sedangkan Douwes Dekker tak memakai penutup kepala.
Tampaknya Sukarno mengikuti jejak gurunya, lebih memilih peci beludru hitam.
Kemudian Soekarno juga mengkombinasikan peci, jas dan dasi dengan tujuan menunjukkan kesetaraan bangsa Indonesia dan Belanda.
Sejak saat itu disaat ia tampil didepan publik Soekarno hampir selalu mengenakan peci hitamnya.
Seperti dalam pembacaan pledoinya “Indonesia Menggugat” di Pengadilan Landraan Bandung, 18 Agustus 1930.
Kemudian peci menjadi simbol nasionalisme, yang mempengaruhi cara berpakaian kalangan Intelektual, termasuk pemuda kristen.
- Sumber: historia.id