Phobia politik atau ketekutan berlebihan terhadap hal-hal yang berbau poltik merupakan suatu penyakit, baik itu mendengar kata politik ataupun mengikuti proses perpolitikan.
Mendengar kata politik pasti banyak dari kita yang langsung ketakutan atau menganggap politik merupakan lumpur yang kotor dan hal yang membuat hidup tak nyaman serta ajang berebut kekuasaan bahkan menjadi momok yang menakutkan.
Padahal secara umum politik memiliki kaitan erat dengan kehidupan manusia.
Apa itu politik ?
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis yang berarti kota yang berstatus negara.
1. pengetahuan mengenai pengetahuan ketatanegaraan atau kenegaraan (sistem pemerintahan atau dasar pemerintahan)
Dalam KBBI (kamu besar bahasa indonesia) politik adalah:
2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan,siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain
3. Cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan: dagang; bahasa nasional.
Menurut Aristoteles dan plato politik adalah suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik yang terbaik.
Maka politik merupakan cara untuk membangun negara dengan sistem yang terstruktur dalam suatu negara tersebut.
Secara pengertian baik dari bahasa maupun pengertian dari tokoh tak ada yang menganggap atau melegitimasi politik adalah suatu hal yang kotor dan menakutkan.
Oleh karenanya kita harus turut andil dalam politik.
Alasan mengerti politik
Bukan berarti ketika kita peka terhadap peraturan-peraturan yang diterapkan pemerintah kita menjadi politisi, akan tetapi jika kita peka terhadap peraturan pemerintah, maka kita akan mampu mengkritik pemerintah secara obyektif serta paham untung-rugi pembahasan dan penetapan peraturan ataupun undang-undang.
Agar kita tidak menjadi korban politik, maka kita harus berpolitik, namun kita harus paham terlebih dahulu menganai politik itu sendiri. Politik bukan hanya tentang siapa mendapat apa. Akan tetapi siapa yang sadar dan peka mengetahui sejauh mana pemerintah mengatur kita dalam kehidupan sehari-sehari.
Dalam kehidupan sehari-hari secara sadar atupun tidak, kita kerap melakukan aktivitas politik dan menjadi korban politik. Karena pada dasarnya politik merupakan suatu alat untuk mencapai kepentingan suatu golongan ataupun kelompok.
Sejak masuk kesekolah kita sudah menjadi korban politik, politisasi dalam dunia pendidikan secara jelas terlihat dari mahalnya biaya untuk masuk sekolah, penerapan sistem zonasi serta penyeragaman mulai dari seragam hingga buku pengantar pembelajaran.
Lebih general lagi dalam hidup sehari-hari khususnya urusan perut kita juga menjadi korban politisasi pemerintah. Hal ini dapat kita lihat dari setiap bungkus makanan atau minuman pasti terdapat label perijinan dari BPOM (Badan pengawas Obat dan Makanan) atau label halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Ini menjadi bukti bahwa jika kita tidak sadar kita akan selalu menjadi korban politik pemerintah.
Tak hanya itu ketika kontestasi politik berlangsung kerap para calon legislatif meminta dukungan kepada rakyat agar memilih dirinya dan terpilih sebagai anggota legislatif dengan obralan janji atau sogokan-sogokan yang dapat mengenyangkan perut selama satu hari.
Namun setelah terpilih sebagai anggota meraka akan lupa bahwa ada janji yang harus tuntas dan ada rakyat yang menunggu janjinya.
Konsep Politik
Secara garis model politik terbagi menjadi dua prinsip yaitu:
1. Politik praktis: Cara ini kita rasakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, politik praktis identik dengan kontestasi pemilahan umum atau pertarungan untuk mendapatkan jabatan baik eksekutif maupun legislatif.
Konsep inilah yang menjadikan banyak orang phobia terhadap politik dan menstigmatiasasi politik.
Karenanya politik ini menjadi lahan garap bagi para politisi untuk memperkaya diri, anak, cucu serta keturunan.
2. Politik nilai Atau kerap kita kenal dengan sebutan political value, politik yang lebih mengedepankan nilai intelektualitas dan nilai kemanusiaan.
Politik ini mengedepankan pikiran-pikiran yang jernih serta kematangan konsep dan gagasan yang akhirnya menjadi landasan dalam segala gerakan, baik membentuk undang-undang atau membentuk peraturan lainnya.
Karena pada hakikatnya politik merupakan ladang dakwah serta alat untuk memanusiakan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas politik, baik menjadi subjek politik ataupun objek politik. Pada dasarnya hanya ada dua pilihan menjadi subjek atau objek.
Jika tidak menjadi subjek maka kita akan menjadi objek politik dan pada akhirnya kita akan di politisasi, jika kita menjadi subjek politik maka harus mengedepankan nilai agama, kemanusiaan dan intelektualitas.
Maka kita harus berpegang teguh pada politik kepentingan bukan kepentingan politik dan jangan sampai kita phobia terhadap politik.