Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

Cerita Pendek

Cerpen || Maryam Karya Wanda Khairun Nasirin, S.E

badge-check


					Foto Penulis; Wanda Khairun Nasirin, S.E Perbesar

Foto Penulis; Wanda Khairun Nasirin, S.E

Sorak riuh seisi ruangan, ibu memberi isyarat dengan jari-jari lentiknya dengan penuh senyuman saat namaku disebutkan.

Lantas aku tarik nafas untuk berdiri. Langkah pertamaku, aku mendengarkan suara pekikan.

Aku sangat terkejut tatkala mendengar suara tersebut. For first time, aku bisa mendengar setelah alat pendengaranku sudah tidak berfungsi lagi.

Tak ku sangka dengan semua ini, mungkin saja ini sebuah firasat atau suara hatiku yang dapat didengar oleh telingaku.

Aku melangkahkan kakiku untuk kedua kalinya, tak terasa air mataku membasahi pipiku. Seketika suara pekikan tersebut hilang, hilang dan lenyap.

Aku menghapus air mata itu dan aku ingin mengulang langkah pertama tersebut.

Aku kembali ke tempat semula dengan satu langkah pula, namun tidak ada  bunyi pekikan tersebut. Mungkin saja mereka terdiam saat aku memundurkan kakiku satu langkah.

Aku memandang mereka, ternyata mereka lebih riuh lagi ketika aku memberi pandangan itu.

Benar-benar suara itu telah lenyap. Aku berpaling dari pandangan tersebut. Dan aku teruskan langkah kaki menuju ke atas panggung, aku hanya bisa tertunduk.

Wanita tua renta menyambutku dengan pelukan hangatnya, dia meneteskan air matanya sampai-sampai membasahi bajuku. Aku pun meneteskan air mata dan merangkul erat wanita tua tersebut.

Dia memandang dalam wajahku dan menyebutkan namaku, “MARYAM”.

Wanita tua tersebut berulang kali menyebutkan Maryam. Dan aku merangkulnya kembali dengan begitu erat.

Aku hanya bisa mengerti, jika orang menyebutkan kata Maryam saja tanpa melihat isyarat jari-jari tangan mereka.

Perlahan ku lepaskan pelukan tersebut, aku menghadap ke arah banyak orang. Aku melihat mereka meneteskan air mata.

Akan tetapi, di barisan sekian banyak orang, hanya ibuku yang tidak tampak olehku.

“ibu.. ibu.. hmm.. mmm.. mana ibuku! Ibu!”, jeritanku,

“ibumu nak, tadi pergi ke toilet”, ujar wanita tua itu mengeram tanganku,

Tangisanku semakin dalam, karena aku benar-benar paham ibu. Jika ia ingin menangis pasti ia lari ke tempat yang lebih sepi.

Aku tahu itu, karena setiap ibuku mendengar orang-orang bercerita mengenai diriku, ibu akan meneteskan air mata.

Baca Lainnya

Kunjungan Kapolres Madina ke Pantai Batu Ruso Tabuyung: Dorong Peningkatan Pelayanan Wisata

14 April 2024 - 21:00 WIB

Bhabinkamtibmas Polsek Sipirok Gandeng Tokoh Agama: Bersama Menuju Pemilu Damai

2 November 2023 - 02:34 WIB

Bayaran Kesalahan|Cerpen Ramli Lahaping

1 Januari 2022 - 23:50 WIB

Bayaran

Cerpen || Kehilangan Sebab Saling Bersama

30 Juli 2021 - 15:30 WIB

kehilangan

Cerita Dibalik Cita-cita, Sepiring Nasi Goreng dan Teh Hangat

5 Juli 2021 - 22:44 WIB

Nasi Goreng
Trending di Cerita Pendek