Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

Opini

Menyelami Makna Memayu Hayuning Bawono dihari Bumi

badge-check


					Menyelami Makna Memayu Hayuning Bawono dihari Bumi Perbesar

Pitutur jawa yang acap kali didengar sebagai sebuah nasihat tentang laku dan lakon manusia, “Memayu hayuning bawono” yang memiliki makna mempercantik cantiknya dunia. Dunia atau alam yang telah diciptakan oleh allah SWT dengan keseimbangan yang menyertainnya serta keindahan yang menyelimutinya. Tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi untuk memakmurkan bumi dan alamnya.

Memayu hayuning bawono memiliki akar kata memayu atau mayu artinya mempercantik, hayuning bermakna cantiknya, bawono berarti dunia atau alam. Local wisdom ini menegaskan peran dan tugas manusia untuk senantiasa memperindah dunia, menjaga kelestarian dan menjaga harmoni antar komponen didalamnya.

Memayu Hayuning Bagi Masyarakat Jawa

Franz magnis suseno menuturkan bahwa dalam etika jawa, semua akan berakar dan bertujuan untuk hubungan yang harmoni atau selaras. Etika yang disebut juga dengan Etika keselarasan melatar belakangi lahirnya sebuah pesan moral untuk memayu hayuning bawono, peran manusia untuk senantiasa menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan alam yang dipijaknya, dengan alam yang menjadi perantara penghidupan yang merupakan anugrah Tuhan. Memayu hayuning bawono disebut juga dalam dasa pitutur oleh salah satu penyiar agama islam ditanah jawa, Sunan kalijaga.

Dalam pitutur itu memayu hayuning bawono, diikuti oleh ambrasto durangkara. Hal ini berarti peran kita untuk menjaga keharmonisan dilakukan dengan memberantas segala ketamakan, keserakahan, dominasi dan overeksploitasi yang terjadi pada alam. Upaya menjaga kelestarian bukannya upaya pasif namun keselarasan harus diupayakan secara aktif.

Lantas, bagaimana akal budi manusia, yang memiliki daya kreasi begitu menakjubkan beriring rasa cinta kasihnya dalam menjaga kelestarian. Bagaimana batasan akal budi manusia untuk mengubah dan merekayasa lingkungan ? Dalam etika jawa yang berakar dari etika keselarasan, maka setidaknya ditopang oleh 2 sifat.yaitu Menghargai dan menahan diri. Mengahargai alam berikut hukum alam yang terhadi.. hubungan timbal balik yang memperhatikan kebutuhan manusia dan keseimbangan alam. Memperhatikan daya dukung lingkungan sebagai sarana penghidupan umat manusia. Menahan diri bermaksud bahwa sebagai makhluk yang berakal harus mampu untuk menahan segara keserakan , eksploitasi sumber daya yang berlebihan. Oleh karena itu dengan akal budilah manusia dapat mengukur segala tindakannya.

Memayu di Bidang Ekologi

Dalam memayu hayuning bawono, sebuah upaya menciptakan keselarasan yang meliputi aspek ekologi, sosial maupun budaya. Memayu dibidang ekologi terdiri dari :

  1. Memayu hayuning tirto, menjaga kelestatian air. Perlu kiranya kita melihat bahwa pengelolaan air dan pemanfaatan air belum memperhatikan kelestarian. Budaya pengelolaan air atau water culture kiranya perlu ditumbuhkan. Bahkan di muhammadiyah ada fikih air, dimana pengelolaan dan penggunaan komponen abiotik ini harus dikelola sebaik-baiknya.
  2. Memayu hayuning wono, menjaga kelestarian hutan. Menjaga hutan berarti menjaga resapan air, menjaga kualitas udara, menjaga biodiversitas/keanekaragaman hayati.
  3. Memayu hayuning samodro menjaga kelestarian laut. Lebih dari 2/3 bumi ini diselimuti oleh laut. Pencemaran yang kian hari makin memburuk. Limbah-limbah yang terus mengalir melalui muara-muara sungai dari daratan. Plastik-plastik yang telah merubah mikroplastik bahkan bisa ditemukan di arktik kutub utara.
  4. Memayu hayuning Howo, menjaga kelestarian udara. Penuruna kualitas udara, pencemaran dari cerobong asap dan knalpon kendaraan yang menambah konsentrasi polutan diudara. Indonesia sebagai paru-paru dunia kian hari semakin sesak, bahkan paru-paru penduduknya pun dipenuhi asap kebakaran hutan.
  5. Memayu hayuning bantolo, menjaga kelestarian tanah. Penggunaan pestisida yang berlebihan hingga alih fungsi lahan. Penurunan kualitas lahan juga akan berdampak langsung pada produktifitas pangan dilahan pertanian.

Aspek tersebut merupakan hal pokok penunjang kehidupan manisia. Memayu hayuning bawono, Sebuah kearifan lokal yang seharusnya menjadi semboyan dan falsafah pengelolaan lingkungan yang adil dan bijak. Mari Memayu hayuning bawono, membangun keseimbangan, membendung keserakahan. Menjaga kelestarian. Selamat hari bumi.

Oleh : Rangga Kurnianto (Sekbid RPK PC IMM AR Fakhruddin)

Baca Lainnya

Berempati Tanpa Mengeksploitasi: Bahaya Penyebaran Foto Anak Korban Pencabulan Tanpa Sensor

12 November 2024 - 17:53 WIB

Refleksi Peringatan Hari Santri 2024: Santri Harus Kaya

23 Oktober 2024 - 00:04 WIB

Melek Keuangan: Fondasi Kesejahteraan dan Stabilitas Finansial di Era Modern

24 September 2024 - 18:00 WIB

Menggapai Asa Di Tengah Keterbatasan

20 September 2024 - 17:38 WIB

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pendirian Koperasi Syariah di Pasar Sigalangan, Tapsel Oleh Nofinawati, M.A Dr. Sarmiana Batubara, M.A dan Adnan Murroh. M.A.

23 Agustus 2024 - 08:54 WIB

Trending di Artikel