Dahulu, segalanya memerlukan proses panjang yang secara langsung akan berdampak pada tingginya biaya yang dikorbankan.
Bukan hanya soal materi uang, melainkan waktu dan tenaga yang cukup tersita.
Sederhana saja, untuk berkomunikasi jarak jauh surat tertulis menjadi andalan.
Bagi generasi yang merasakan pastinya akan menjadi cerita sendiri ketika berkomunikasi dengan seseorang nan jauh di sana.
Namun dunia terus mengalami perkembangan dan perubahan seiring bertambahnya waktu. Manusia adalah pemeran utama dan Teknologi merupakan sarananya.
Contoh dalam bidang komunikasi, dengan ditemukannya telepon tentunya turut menciptakan sebuah “dunia baru” yang tak berbatas.
Jarak bukan lagi menjadi halangan dalam berkomunikasi.
“dunia baru” yang semakin luas jangkauannya tatkala interconnected network atau biasa kita kenal dengan internet hadir menjadi bagian tak terpisahkan dari manusia.
Inilah yang kemudian menjadikan dunia dengan tatanannya hari ini menggeser media dari bentuk cetak kemudian dialihkan ke medium yang lebih halus lagi bentuknya.
Dalam sebuah istilah digital dengan tujuan mencapai optimalisasi dan kemudahan kinerja manusia dalam berproduksi.
Digitalisasi menjadi trend di abad ke-21 ini, kemudahan yang ditawarkan menjadi alasan utamanya.
Semisal muncul e-money yang memudahkan seseorang dalam bertransaksi atau hadirnya loket berbasis online yang memudahkan customer menjangkaunya.
Selain itu, dari sisi pemilik juga dimudahkan dalam pencatatan, semisal berapa banyak transaksi yang berjalan, pencatatan keuangan, segalanya akan terkumpul dalam satu big data yang mutakhir, akurat dan tersimpan secara aman.
Apa yang terjadi jika Indonesia dibungkus dalam bingkai digitalisasi
Pertama, birokrasi yang telah terdigitalisasi akan meningkatkan efisiensi kerja dan pelayanan. Beberapa waktu lalu, pemerintah melalui badan pusat statistic (BPS) telah melaksankan sensus kependudukan secara online.
