Namun, impian Pratiwi dan seluruh rakyat Indonesia seketika buyar. Dikisahkan kembali oleh Colin Burgess dalam buku Shattered Dreams: The Lost and Canceled Space Missions (2019), terjadi insiden beberapa bulan sebelum Satelit Palapa B-3 diberangkatkan dalam misi STS-61-H.
Tanggal 28 Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger milik Amerika Serikat yang hendak menunaikan misi lain, yakni STS-51-L, meledak di udara hanya 73 detik setelah diluncurkan pada ketinggian 15 atau 16 kilometer. Tujuh orang kru menjadi korban.
Tragedi ini sangat memilukan karena disaksikan oleh jutaan orang dari seluruh dunia, termasuk di Indonesia, melalui siaran di televisi. Terlebih, di Amerika Serikat, peluncuran bersejarah ini ditonton langsung oleh anak-anak sekolah.
Ikon perempuan Asia
Insiden yang menimpa Challenger membuat NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa selanjutnya, termasuk agenda penerbangan Columbia yang sedianya bakal membawa Pratiwi Sudarmono pada 24 Juni 1986.
Satelit B-3 akhirnya diluncurkan dengan Roket Delta tanpa menyertakan astronot Indonesia. Impian Pratiwi dan bangsa Indonesia yang ingin menyaksikan salah satu putri terbaiknya menembus luar angkasa pun pupus.
Kendati begitu, Pratiwi dan Taufik tetap ke Amerika Serikat seperti yang sudah direncanakan. Mereka menempuh pelatihan spesialis muatan pada Februari hingga Mei 1986 dan sempat melakukan pemotretan dengan atribut astronot walaupun penerbangan ke antariksa batal.
Setelah gagal menjalankan misi ke luar angkasa, Pratiwi balik ke kampus dan kembali menekuni aktivitasnya sebagai ilmuwan serta pengajar. Berbagai pencapaian diraih oleh sosok perempuan tangguh ini.
Sejak 1994 hingga 2000, ia menjabat sebagai Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Medis Universitas Indonesia. Berikutnya sampai tahun 2002, Pratiwi mengikuti Program Sarjana Fulbright New Century di Amerika Serikat.
Pratiwi Sudarmono diangkat sebagai Guru Besar/Profesor Kehormatan Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI pada Februari 2008. Salah satu ikon wanita perkasa Asia ini pun mengabdikan diri sepenuhnya untuk pendidikan, keilmuan, dan kesehatan.
Baca selengkapnya di artikel “Pratiwi Sudarmono & Sejarah Astronot Wanita Pertama Asia”, https://tirto.id/efow