Menu

Mode Gelap
Kasus Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu di Tanah Karo: Polda Sumut Tambah Tersangka Baru Polri Gunakan Teknologi Canggih untuk Seleksi Akpol 2024 Terungkap! Identitas dan Peran 2 Eksekutor dalam Pembakaran Rumah Sempurna Pasaribu Rektor UM Tapsel Kukuhkan 146 Guru Profesional, Kepala LLDIKTI Wilayah I: Jangan Berbisnis Apapun Di Sekolah Kejahatan Siber Merebak: Pembelajaran Preventif Masyarakat Kunjungan Mahasiswa MBS UIN Syahada Sidimpuan ke UMKM: Memahami Proses Bisnis dan Pemasaran Digital

Cerita Pendek

Hanya Pemuda

badge-check


					Hanya Pemuda Perbesar

Namanya Musdar. Pemuda yang berusia kira-kira dua puluh tiga tahun ini hanya lulus SMA beberapa tahun yang lalu. Pria ini begitu sederhana. Hari-harinya kerap ia habiskan menjadi staff pembantu mengajar di perguruan ibtidaiyah setingkat SD pada salah satu madrasah di kampungnya.

Musdar adalah seorang yatim jauh sebelum ia dewasa bahkan dalam memorinya tak pernah ada kenangan tentang seorang ayah. Hal ini bisa dimaklumi karena memang Musdar sudah kehilangan ayahnya saat ia masih berumur dua tahun.

Musdar hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Jari- jari lembut ibunya lah yang mengasuh Musdar hingga dewasa. Saat ini Musdar tumbuh menjadi pemuda yang baik perangainya. Musdar hanya tinggal berdua saja dengan ibunya. Sang ibu yaitu Darpinah, begitu nama yang dikenal orang-orang untuk memanggil ibunya Musdar.

Darpinah sekarang hanyalah ibu tua yang sering sakit-sakitan. Wanita paruh baya ini telah berumur lima puluh delapan tahun. Musdar selalu hormat pada Ibunya. Musdar merawat dan menjaga ibu yang ia cintai itu. Semuanya Musdar lakukan sebagai bentuk baktinya kepada wanita yang melahirkannya ke dunia ini.

Musdar sering merasa khawatir akan keadaan ibunya saat Musdar berada di luar rumah. Bagaimana tidak, di satu sisi Musdar harus mencari nafkah di luar seperti mengumpulkan kayu bakar untuk dijual dan juga menjadi guru honor di madrasah sedangkan di sisi lain Musdar juga mesti mengurus ibunya yang sedang sakit-sakitan di rumah.

Setiap hari Musdar mengedarai sepeda nya saat pergi dan pulang dari sekolah ibtidaiyah yang selama ini menjadi tempat pengabdiannya. Begitulah adanya Musdar, seorang pemuda biasa yang memilih jalan hidup sebagai seorang pendidik.

Suatu saat, Desa kecil dimana Musdar tinggal telah beralih status menjadi kelurahan. Pemerintah menempatkan seorang pegawai untuk menjadi lurah di situ. Lurah baru ini bernama Rustam Majid yang semula menjabat sebagai kepala staf di kantor Gubernur.

Bapak Rustam membawa keluarganya untuk menetap di tempat itu tak terkecuali putri sulung nya, Purnama, begitulah nama gadis cantik yang berpendidikan ini. Gadis kota yang baru saja lulus kuliah dan menjadi sarjana pada tahun lalu.

Sebenarnya Purnama tidak ingin tinggal berlama-lama di kampung ini. Ia sering menegaskan bahwa dirinya tak betah tinggal disini, maklumlah Purnama sudah terbiasa hidup dengan gemerlapnya suasana kota.

Purnama adalah tipe gadis keras kepala. Antara dirinya dan Rustam sang ayah selalu berbeda prinsip. Oleh sebab itu anak dan ayah ini sering tampak berdebat bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun dan itu sudah biasa terjadi di antara mereka.

Pada suatu hari Purnama dan ayahnya berbincang-bincang.

“Purnama! kau kan sekarang sudah jadi Sarjana , Ayah berharap sikapmu bisa lebih dewasa lagi,” Cetus Rustam dalam sebuah percakapan.

“Maksud ayah?” tanya Purnama dengan alis yang mengerut.

“Coba lihat penapilanmu, ini kampung Purnama! ya …! paling tidak selama di sini kau harus bisa merubah itu, kau harus jaga nama baik Ayah, Ayah Lurah di sini,” ucap Rustam menjelaskan.

Sejenak Purnama memperhatikan pakaian yang ia kenakan. Celana jeans ketat dan kaos terbuka ala you can see.

“Apa yang salah ayah! ini gayaku dan aku tak ingin ada orang yang mengatur cara berpakaianku, kuharap ayah mengerti,” tegas Purnama.

Rustam hanya bisa menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa ia tak ingin lagi berdebat dengan putrinya dan Rustam terus beranjak dari hadapan Purnama untuk mengakhiri pertengkaran kecil mereka.

Pada suatu malam, Rustam sebagai lurah diundang pada acara musyawarah remaja dan tokoh masyarakat terkait rencana pembentukan perwiritan remaja mesjid di kelurahan itu.

Rustam pun berangkat bersama keluarganya ke mesjid termasuk juga Purnama, walaupun pada awalnya Purnama dengan berat hati untuk ikut ke mesjid, namun karena desakan sang ibu akhirnya Purnama tetap melangkahkan kakinya untuk turut serta.

Warga di sana melaksanakan sholat isya berjamaah terlebih Dahulu dan setelah itu barulah musyawarah dimulai.

Sebenarnya pembentukan perwiritan remaja mesjid ini adalah inisiatif Musdar sendiri yang berharap adanya suatu wadah perkumpulan pemuda-pemudi saling bertukar pikiran untuk bersatu memajukan kampung.

Musyawarah pun berlangsung alot.

“Aku tidak setuju, jika mesjid ini dijadikan tempat berkumpulnya pemuda-pemudi yang bukan muhrim,” bantah Pak Zamran yang juga seorang juragan tanah di kampung itu. Hal ini Pak Zamran sampaikan setelah Musdar memaparkan keinginannya dan teman-temannya.

“Tunggu dulu Pak Zamran! mari kita lihat sisi positif dari niat baik anak-anak muda ini,” sahut Ustadz Ali mengomentari pendapat Pak Zamran.

“Baik apanya tad!” Pak Zamran langsung mendikte opini ustadz Ali.

“Siapa yang bisa menjamin tidak akan terjadi apa-apa bila remaja putra dan putri bergabung dalam satu tempat, apalagi ini di mesjid, tempat ibadah, seharusnya mesjid ini hanya untuk urusan sholat, bukan yang lain.” Pak Zamran melanjutkan pendapatnya.

Baca Lainnya

Kunjungan Kapolres Madina ke Pantai Batu Ruso Tabuyung: Dorong Peningkatan Pelayanan Wisata

14 April 2024 - 21:00 WIB

Bhabinkamtibmas Polsek Sipirok Gandeng Tokoh Agama: Bersama Menuju Pemilu Damai

2 November 2023 - 02:34 WIB

Bayaran Kesalahan|Cerpen Ramli Lahaping

1 Januari 2022 - 23:50 WIB

Bayaran

Cerpen || Kehilangan Sebab Saling Bersama

30 Juli 2021 - 15:30 WIB

kehilangan

Cerita Dibalik Cita-cita, Sepiring Nasi Goreng dan Teh Hangat

5 Juli 2021 - 22:44 WIB

Nasi Goreng
Trending di Cerita Pendek