Akhir akhir ini banyak pembicaraan tentang anak muda milenial menjabat sebagai staff khusus presiden, dimana meraka ini bisa dikatakan milenial sukses dengan harta berlimbah.
Pembicaraan yang hangat di bincangkan yaitu konflik kepentingan dari surat Staf Khusus Presiden, Andi Taufan Garuda (CEO PT. AMARTHA) dan penunjukkan perusahaan aplikator milik Staf Khusus Presiden Jokowi, Adamas Belva Syah Devara (RUANG GURU) mendapatkan proyek triliunan sebagai aplikator Kartu Prakerja.
Banyak dari lapisan masyarakat, elit politik, sampai ke organisasi mahasiswa juga ada yang buka suara.
Wajar saja banyak yang memberikan kritik di saat pandemi corona ini, seperti kita ketahui untuk percepatan penangan covid-19 pemerintah tidak menerapkan karantina wilayah / Lockdown dan memilih PSBB, pasalnya pemerintah tidak sanggup untuk memenuhi jaminan sosial apabila lockdown diterapakan.
Tapi di lain sisi kita heran dengan keadaan ekonomi yang terus melemah dan kekurangan dana pemerintah malah menggelontarkan dana untuk program kartu prakerja sebesar Rp. 20 Triliun dengan 5,6 Triliun dialokasikan untuk pelatihan online bagi peserta kartu prakerja dengan melibatkan aplikator milik Staf Khusus Presiden yakni Ruang Guru.
Singkatnya jikalau memang Staf Khusus Presiden membuat konflik Kepentingan maka untuk menjaga tidak terjadi segala kebijakan yang diambil, baik benar atau salah, akan dipertanyakan publik dan membuat roda pemerintahan dapat berjalan secara tidak adil.
Maka ada baiknya Staf Khusus Presiden mengundurkan diri dari semua jabatan yang disandangnya.